20 November, 2013

SHALAT BERJAMAAH DIKAJI SECARA ILMIAH

Apa pentingnya shalat berjamaah? Rasulullah saw mengatakan bahwa shalat sendirian pahalanya 1x, sedangkan shalat berjamaah pahalanya 27x lipat. Bagaimana menjelaskannya? Seperti kita ketahui bahwa orang-orang yang sedang shalat memancarkan energi positif. Ini bisa di-analogikan dengan sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan dengan lampu atau peralatan tertentu, baterei tidak memancarkan energinya. Tetapi begitu terhubung, baterai akan memancarkan energi. Demikian pula orang shalat, pada saat dia belum melakukan shalat, maka energi itu tidak terpancarkan, tetapi begitu dia melakukan shalat, maka energinya akan terpancar secara vertikal maupun horisontal. Ibarat baterai, maka kalau kita menyalakan lampu yang dinyalakan dengan menggunakan 3 baterai atau 10 baterai. Semakin banyak baterai yang digunakan, maka nyala lampu itu akan semakin terang. Demikian juga dengan orang shalat, jika kita shalat sendirian, maka energi yang kita pancarkan kekuatannya hanya 1 pancaran saja. Tetapi kalau kita shalat berjamaah, maka pancaran energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar. Persis sejumlah baterai yang digabungkan secara serial untuk menghidupkan lampu.

Jadi, dengan shalat berjamaah itu Rasulullah saw sedang mengajarkan kepada kita, agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar daripada shalat sendirian.
Rasulullah saw bersabda :
“ Kalau shalat berjamaah, barisannya (shafnya) jangan renggang-renggang”.
Karena persis dengan sejumlah baterai serial : satu dengan yang lainnya harus berdempetan positif dan negatifnya. Demikian pula shalat berjamaah, kita harus bersentuhan satu sama lain Tentu tidak perlu sampai berdesak-desakan, karena justru akan mengganggu kekusyukan shalat kita. Dengan demikian, ketika shalat berjamaah kita semua seperti berada dalam sebuah barisan. Seluruh gerakan dan aktifitas kita harus seirama. Tidak boleh saling silang antar peserta shalat. Misalnya sang imam sudah takbirratur ikhram, tetapi makmum masih sibuk meluruskan barisan. Dan ketika imam membaca Al-Faatihah, kita baru takbirratur ikhram (kecuali kalau terlambat datang), atau ketika imam baca surat Al-Qur’an, kita malah baca Al-Faatihah. Hal ini tidak layak disebut shalat berjamaah, melainkan shalat sendirian yang bareng-bareng.

Shalat jamaah yang baik adalah, ketika imam takbirratur ikhram, kita segera mengikuti takbirratur ikhram. Saat imam baca Al-Faatihah kita tidak wajib lagi baca Al-Faatihah, atau  menirukan atau menyimak secara khusyuk. Pada waktu imam baca surat Al-Qur’an, kita menyimaknya, jika imam mengucapkan takbir disusul dengan gerakan, kita juga mengikuti. Membaca Al-Faatihah di dalam shalat adalah keharusan, sehingga tidak sah shalat jika tidak membaca Al-Faatihah, itu jika shalat sendirian, jika kita shalat berjamaah, maka kewajiban baca Al-Faatihah itu, sudah diambil alih oleh imam, jadi makmum tidak baca Al-Faatihah pun, ketika shalat berjamaah, tidak apa-apa, asal makmum menyimak atau menirukan imam baca Al-Faatihah. Buktinya, kalau kita masbuk (telat datangnya ke masjid untuk shalat jamaah), walau kita tidak baca Al-Faatihah, maka shalat kita tetap sah.

Tetapi kalau kita shalat sendirian, wajib hukumnya baca Al-Faatihah di setiap rakaat. Kalau kita tidak baca Al-Faatihah, maka shalatnya tidak sah. Kalau imam baca surat Al-Qur’an, kita tidak boleh baca Al-Faatihah lagi, kalau kita masbuk dan imam sudah rukuk, kita langsung rukuk saja mengikuti imam, walau kita tidak baca Al-Faatihah, kita sudah dianggap memperoleh 1 rakaat. Asalkan kita masih bisa mengikuti rukuknya imam. Ini membuktikan, baca Al-Faatihah sudah tidak lagi menjadi kewajiban makmum, karena tanggung jawabnya sudah diambil alih imam. Intinya, shalat berjamaah haruslah betul-betul kompak, supaya bisa menghasilkan energi yang terfokus, simultan dan saling menguatkan.
Janganlah dengan shalat berjamaah, justru energi positif yang dihasilkan tambah mengecil karena saling mengganggu dan meniadakan, karena barisannya (shafnya) renggang-renggang. Contohnya seperti sejumlah baterai yang serial, tetapi plus-minusnya terbalik, sehingga tidak menghasilkan nyala lampu yang lebih terang, tetapi malah tidak menyala.

Dari Aisyah ra berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang mengisi kekosongan (shaf shalat berjamaah), Allah akan mengangkat derajatnya dan membangunkan baginya rumah di Jannah”. Hadits riwayat At-Thabrani.
Qur’an surat As-Shaaffat ayat 165 :
165.(Dan sesungguhnya kami) para malaikat (benar-benar bershaf-shaf).
Rasulullah saw bersabda :
“Tidakkah kalian bershaf sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Rabbnya?”.
Para shahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimanakah shaf yang dibuat oleh para malaikat di sisi Tuhannya?”.
Rasulullah saw bersabda : “Mereka menyempurnakan dan merapatkan shaf”. Hadits riwayat Muslim.
Rasulullah saw bersabda :
“Shalatnya seorang pria berjamaah pahalanya 27 derajat dibandingkan shalat sendirian di rumah atau di pasar, yang demikian itu karena jika ia berwudlu dengan sempurna kemudian ia keluar rumah dengan satu tujuan shalat berjamaah di masjid, maka setiap langkahnya mengangkat satu derajat dan diampuni satu dosanya dan selama ia di majelis shalat tanpa hadats didoakan para malaikat : “Ya Allah ampunilah ia dan rahmatilah ia”, dan dianggap mengerjakan shalat sepanjang menunggu waktu shalat (berikutnya)”. H.R. Bukhari dan Muslim.

Sumber : Al-Qur’an, Hadits dan Pusaran energi Ka’bah oleh Agus Mustofa.