Apa pentingnya
shalat berjamaah? Rasulullah saw mengatakan bahwa shalat sendirian pahalanya
1x, sedangkan shalat berjamaah pahalanya 27x lipat. Bagaimana menjelaskannya? Seperti kita ketahui
bahwa orang-orang yang sedang shalat memancarkan energi positif. Ini bisa
di-analogikan dengan sebuah baterai. Ketika belum dihubungkan dengan lampu atau
peralatan tertentu, baterei tidak memancarkan energinya. Tetapi begitu
terhubung, baterai akan memancarkan energi. Demikian pula orang shalat, pada
saat dia belum melakukan shalat, maka energi itu tidak terpancarkan, tetapi
begitu dia melakukan shalat, maka energinya akan terpancar secara vertikal
maupun horisontal. Ibarat baterai, maka kalau kita menyalakan lampu yang
dinyalakan dengan menggunakan 3 baterai atau 10 baterai. Semakin banyak baterai
yang digunakan, maka nyala lampu itu akan semakin terang. Demikian juga dengan
orang shalat, jika kita shalat sendirian, maka energi yang kita pancarkan
kekuatannya hanya 1 pancaran saja. Tetapi kalau kita shalat berjamaah, maka
pancaran energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar. Persis sejumlah
baterai yang digabungkan secara serial untuk menghidupkan lampu.
Jadi, dengan shalat berjamaah itu Rasulullah saw
sedang mengajarkan kepada kita, agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh
lebih besar daripada shalat sendirian.
Rasulullah saw bersabda :
“ Kalau shalat berjamaah,
barisannya (shafnya) jangan renggang-renggang”.
Karena persis dengan sejumlah baterai serial : satu dengan yang lainnya
harus berdempetan positif dan negatifnya. Demikian pula shalat berjamaah, kita
harus bersentuhan satu sama lain Tentu tidak perlu sampai berdesak-desakan,
karena justru akan mengganggu kekusyukan shalat kita. Dengan demikian, ketika
shalat berjamaah kita semua seperti berada dalam sebuah barisan. Seluruh
gerakan dan aktifitas kita harus seirama. Tidak boleh saling silang antar
peserta shalat. Misalnya sang imam sudah takbirratur ikhram, tetapi makmum
masih sibuk meluruskan barisan. Dan ketika imam membaca Al-Faatihah, kita baru
takbirratur ikhram (kecuali kalau
terlambat datang), atau ketika imam baca surat Al-Qur’an, kita malah baca
Al-Faatihah. Hal ini tidak layak disebut shalat berjamaah, melainkan shalat
sendirian yang bareng-bareng.
Shalat jamaah yang baik adalah, ketika imam
takbirratur ikhram, kita segera mengikuti takbirratur ikhram. Saat imam baca
Al-Faatihah kita tidak wajib lagi baca Al-Faatihah, atau menirukan atau menyimak secara khusyuk. Pada
waktu imam baca surat Al-Qur’an, kita menyimaknya, jika imam mengucapkan takbir
disusul dengan gerakan, kita juga mengikuti. Membaca Al-Faatihah di dalam
shalat adalah keharusan, sehingga tidak sah shalat jika tidak membaca
Al-Faatihah, itu jika shalat sendirian, jika kita shalat berjamaah, maka kewajiban
baca Al-Faatihah itu, sudah diambil alih oleh imam, jadi makmum tidak baca
Al-Faatihah pun, ketika shalat berjamaah, tidak apa-apa, asal makmum menyimak
atau menirukan imam baca Al-Faatihah. Buktinya, kalau kita masbuk (telat datangnya ke masjid untuk shalat
jamaah), walau kita tidak baca Al-Faatihah, maka shalat kita tetap sah.
Tetapi kalau kita shalat sendirian, wajib hukumnya
baca Al-Faatihah di setiap rakaat. Kalau kita tidak baca Al-Faatihah, maka
shalatnya tidak sah. Kalau imam baca surat Al-Qur’an, kita tidak boleh baca
Al-Faatihah lagi, kalau kita masbuk dan imam sudah rukuk, kita langsung rukuk
saja mengikuti imam, walau kita tidak baca Al-Faatihah, kita sudah dianggap
memperoleh 1 rakaat. Asalkan kita masih bisa mengikuti rukuknya imam. Ini
membuktikan, baca Al-Faatihah sudah tidak lagi menjadi kewajiban makmum, karena
tanggung jawabnya sudah diambil alih imam. Intinya, shalat berjamaah haruslah
betul-betul kompak, supaya bisa menghasilkan energi yang terfokus, simultan dan
saling menguatkan.
Janganlah dengan shalat berjamaah, justru energi positif yang dihasilkan tambah
mengecil karena saling mengganggu dan meniadakan, karena barisannya (shafnya) renggang-renggang. Contohnya seperti sejumlah baterai yang
serial, tetapi plus-minusnya terbalik,
sehingga tidak menghasilkan nyala
lampu yang lebih terang, tetapi malah tidak
menyala.
Dari Aisyah ra berkata, Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang mengisi
kekosongan (shaf shalat
berjamaah), Allah akan mengangkat derajatnya dan membangunkan baginya rumah di
Jannah”. Hadits riwayat At-Thabrani.
Qur’an surat As-Shaaffat ayat 165 :
165.(Dan sesungguhnya kami)
para malaikat (benar-benar bershaf-shaf).
Rasulullah saw bersabda :
“Tidakkah kalian bershaf
sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Rabbnya?”.
Para shahabat bertanya : “Wahai
Rasulullah, bagaimanakah shaf yang dibuat oleh para malaikat di sisi Tuhannya?”.
Rasulullah saw bersabda : “Mereka
menyempurnakan dan merapatkan shaf”. Hadits riwayat Muslim.
Rasulullah saw bersabda :
“Shalatnya seorang pria berjamaah pahalanya 27 derajat dibandingkan shalat
sendirian di rumah atau di pasar, yang demikian itu karena jika ia berwudlu
dengan sempurna kemudian ia keluar rumah dengan satu tujuan shalat berjamaah di
masjid, maka setiap langkahnya mengangkat satu derajat dan diampuni satu
dosanya dan selama ia di majelis shalat tanpa hadats didoakan para malaikat :
“Ya Allah ampunilah ia dan rahmatilah ia”, dan dianggap mengerjakan shalat
sepanjang menunggu waktu shalat (berikutnya)”. H.R. Bukhari dan Muslim.
Sumber : Al-Qur’an, Hadits dan Pusaran energi Ka’bah oleh Agus Mustofa.