13 Mei, 2014

FUNGSI HAJAR ASWAD

Hajar Aswad artinya batu hitam, ia di tempatkan di sebuah lubang, di salah satu pojok bangunan Ka’bah. Konon batu Hajar Aswad ini jatuh dari Langit, diduga batu hitam ini adalah sisa meteor yang memiliki kadar logam yang sangat tinggi, dan memang batu Hajar Aswad adalah meteor logam. Hajar Aswad itu, oleh Nabi Ibrahim as lantas dijadikan sebagai salah satu bagian dari bangunan Ka’bah. Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as memperoleh perintah dari Allah untuk meninggikan dasar-dasar Ka’bah, untuk kemudian menjadi pusat peribadatan pada zamannya hingga kini.
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 127 :
127.(“Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail) seraya berdoa (: Ya Tuhanku kabulkanlah daripada) doa (kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”).

Apakah pengaruh batu hitam meteorit itu bagi kemustajaban doa seseorang? Jika hanya batu meteoritnya saja, barangkali tidak banyak berguna untuk membantu kekuatan doa. Tetapi karena batu meteorit Hajar Aswad itu menjadi bagian dari sistem energi Ka’bah, maka batu yang memiliki konduktifitas elektromagnetik sangat tinggi itu menjadi sangat besar peranannya. Lebih dari itu, batu hitam ini juga diletakan pada lokasi yang dipilih oleh Allah untuk bisa membangkitkan energi yang besar, yaitu di atas pondasi Ka’bah.
Energi yang dipancarkan oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as sepanjang interaksinya pada waktu itu tersimpan di sistem bangunan Ka’bah. Apalagi pada saat usai membangun Ka’bah, beliau as berdua berdoa mohon dikabulkan atau diterima ibadah mereka, seperti diungkapkan dalam ayat di atas. Nah, disinilah Hajar Aswad berfungsi sebagai ‘pintu’ masuk dan keluarnya energi Ka’bah, karena ia memiliki daya hantar elektromagnetik yang sangat tinggi. Energi Ka’bah mengalir deras dari bagian batu hitam ini, ’menyinari’ orang-orang yang berada di dekatnya. Meskipun energi itu juga memancar dari bagian-bagian Ka’bah yang lain, tetapi, yang paling besar adalah yang terpancar dari Hajar Aswad. Karena itu orang yang paling dekat dengan Hajar Aswad akan mengalami pengaruh energi yang paling besar, disitulah letaknya Multazam. Getaran gelombang doa kita itu tertuju ke arah Hajar Aswad, sehingga terjadi kontak antara hati kita dengan sistem energi Ka’bah. Tetapi harus kita pahami, kita berthawaf bukan karena Ka’bah, juga bukan karena batu hitam Hajar Aswad, tetapi sepenuhnya karena Allah. Karena itu, ketika kita memulai thawaf, yang kita ucapkan adalah Bismillaahi Wallaahu Akbar = Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar.

Batu Hajar Aswad mempunyai konduktifitas yang dahsyat dibandingkan dengan platina di ujung penangkal petir di gedung-gedung tinggi yang ada di sekitar Ka’bah di Masjidil Haram. Sehingga petir tidak menyambar benda tertinggi (platina yang ada di ujung penangkal petir) yang bisa digunakannya untuk segera menjalar ke tanah, melainkan menyambar batu hitam Hajar Aswad yang terletak di bawah karena sifatnya yang superkonduktor. Petir menyambar Bumi yang bermuatan positif, dan ingin segera meloncat ke Bumi yang bermuatan negatif secepat-cepatnya. Mestinya, jika ada benda yang paling tinggi yang bisa menyalurkan petir itu ke Bumi, maka petir pasti segera menyambarnya. Maka, kejadian di atas memberikan informasi yang sangat menyakinkan, bahwa Hajar Aswad memang memiliki tingkat konduktifitas yang luar biasa. Karena itu, Hajar Aswad akan sangat berperan menjadi saluran ‘keluar-masuknya’ energi gelombang elektromagnetik dalam sistem energi Ka’bah. Di tengahnya, di Ka’bah, khususnya di Hajar Aswad, terjadi medan elektromagnetik yang mengarah ke atas. Mengapa begitu? Karena dalam hal ini, Hajar Aswad telah berfungsi sebagai konduktor (penghantar listrik), bahkan bukan sekedar konduktor, melainkan superkonduktor (jadi tidak benar jika batu Hajar Aswad adalah batu rubi, karena batu rubi itu berasal dari Bumi dan penghambat listrik/insulator dan bukan penghantar listrik/konduktor apalagi superkonduktor jelas bukan sama sekali, sedangkan batu Hajar Aswad berasal dari Langit dan menjadi super penghantar listrik/superkonduktor).
Dalam teori fisika Kaidah Tangan Kanan mengatakan:“Jika ada sebatang konduktor (logam) dikelilingi oleh listrik yang bergerak berlawanan dengan jarum jam, maka di konduktor itu akan muncul medan gelombang elektromagnetik yang mengarah ke atas”. Kita mengandung energi listrik sebesar puluhan juta watt.

Lantas apa fungsi medan elektromagnetik yang sangat besar yang keluar dari Ka’bah itu? Gelombang inilah yang akan membantu kekuatan doa orang-orang yang bermunajat di sekitar Ka’bah, khususnya yang berada di dekat Hajar Aswad alias Multazam. Bagaimana menjelaskannya? Pernahkah Anda mengamati seorang penyiar radio ketika dia sedang siaran? Pada saat seorang penyiar berbicara di depan mikrofonnya, sebenarnya dia sedang menumpangkan suaranya pada gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh peralatan pemancarnya. Jika dia berbicara tanpa mikrofon, maka jarak jangkau suaranya tidaklah terlalu jauh. Barangkali saat dia berteriak, suaranya hanya bisa menjangkau puluhan meter saja. Akan tetapi ketika dia menggunakan mikrofon, suaranya bisa menjangkau jarak yang lebih jauh. Ini karena energi suaranya ‘diangkut’ oleh gelombang elektromagnetik, lantas dipancarkan lewat menara pemancar dengan power yang besar. Semakin besar powernya, maka semakin jauh pula jarak tempuhnya, bisa menjangkau berkilo-kilometer dari sumber suaranya.

Kita bisa mengambil analogi ini untuk menjelaskan hubungan antara energi Ka’bah dan orang yang berdoa di dekat Multazam. Bagaikan seorang ‘penyiar’ radio yang sedang bertugas, dia berada di depan ‘mikrofon’ Hajar Aswad. Maka, ketika dia berdoa, pancaran energi doanya itu akan ditangkap oleh superkonduktor Hajar Aswad untuk kemudian dipancarkan bersama-sama gelombang elektromagnetik yang mengarah ke atas akibat aktifitas orang-orang yang berthawaf. Maka energi doa kita akan ‘menumpang’ gelombang elektromagnetik yang keluar dari Ka’bah itu, mirip dengan yang terjadi pada pancaran radio. Kekuatan doa kita menjadi berlipat-lipat kali, karena terbantu oleh power yang yang demikian besar dari Ka’bah menuju kepada Arsy Allah. Dalam hal ini, Ka’bah telah berfungsi bagaikan sistem pemancar radio dan batu hitam Hajar Aswad sebagai mikrofonnya. Karena power yang besar, maka berdoa di Multazam Hajar Aswad menjadi demikian mustajab. Energi doa itu jauh lebih cepat sampai kepada Allah dan cepat pula memperoleh balasan-Nya. Karena itu, hati-hati melakukan perbuatan-perbuatan di Mekkah, karena respon atas perbuatan kita itu demikian spontan mendapat balasan, baik itu perbuatan baik ataupun buruk. Hal ini telah banyak dibuktikan oleh orang-orang yang menunaikan ibadah haji.

Sumber : Pusaran Energi Ka’bah oleh Agus Mustofa