Firman Allah Qur’an surat Al-Israa ayat 1 :
(“Maha Suci Allah yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya) supaya Nabi saw tidak
mengalami kendala apapun selama Isra’ Mi’raj (agar Kami perlihatkan kepadanya)
Nabi saw (sebagian dari tanda-tanda) kebesaran
dan kekuasaan (Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”).
Nah, pertanyaannya
“Mengapa perjalanan luar biasa itu
dilakukan pada malam hari? Mengapa tidak siang hari saja?” Jawabannya
adalah, karena badan Nabi saw sudah diubah oleh Allah menjadi badan cahaya dan
berkecepatan cahaya. Maka Isra’ Mi’raj-nya harus dilakukan di malam hari, ini
dilakukan karena alasan yang lebih bersifat teknis. Pada siang hari, radiasi
sinar Matahari sedemikian kuatnya, sehingga bisa membahayakan badan cahaya
Rasulullah saw yang sebenarnya memang bukan berbadan cahaya asli, tapi hanya
selama perjalanan Isra’ Mi’raj saja. Badan Nabi saw yang sesungguhnya tentu
saja adalah badan materi. Perubahan menjadi badan cahaya itu bersifat sementara
saja, sesuai kebutuhan untuk melakukan perjalanan bersama Malaikat Jibril as
dan bertemu dengan Allah swt di Sidratul Muntaha.
Dengan
melakukannya pada malam hari, maka Allah telah menghindarkan Nabi saw dari
interferensi gelombang yang bakal membahayakan badan cahayanya yang tidak
permanen tersebut. Suasana malam hari memberikan kondisi yang baik buat
perjalanan Isra’ Mi’raj itu. Pada malam hari interferensi (gangguan) gelombang suara tidak terlalu besar, sehingga suara
terdengar jernih untuk berkomunikasi dengan Allah dan jiwa kita bisa menjadi
fokus, khusyuk dan bacaan doa menjadi lebih berkesan. Karena badan Nabi saw
telah diubah menjadi badan gelombang cahaya, maka perjalanan malam hari menjadi
memiliki makna yang sangat penting buat beliau saw. Karena beliau saw akan
menghadap dan kepada Allah, maka perjalanan malam hari memiliki makna kejernihan
komunikasi dengan Allah.
Allah
terus mengendalikan proses perjalanan Nabi saw tersebut. Allah memberkahi
sekelilingnya, supaya tidak muncul kendala yang berarti. Sebab jika tidak
dilindungi secara khusus, ‘badan cahaya’ Nabi saw bisa
mengalami proses balik menjadi ‘badan materi’ lagi sebelum
waktunya. Misalnya ketika melewati medan inti Bumi dengan besar tertentu.
Sebagaimana saat gelombang sinar Gama melewati medan inti atom., yang bisa
berubah menjadi sepasang partikel elektron dan proton kembali. Nah, disinilah
pentingnya Allah menjaga lingkungan sekitar perjalanan itu agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab, jika badan Nabi Muhammad saw tiba-tiba
berubah menjadi ‘badan materi’ lagi saat melakukan perjalanan berkecepatan
sangat tinggi itu, maka badannya bisa terburai menjadi partikel-partkel kecil
sub atomik, bisa tidak terbentuk lagi. Hal ini telah dijelaskan di depan, bahwa
binding
energi atau energi ikat yang menyusun atom, molekul dari badan
Rasulullah saw itu bisa kalah besar bila dibandingkan dengan energi yang muncul
akibat kecepatannya.
Mengapa Allah
memperjalankan Rasulullah saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha? Karena Masjid
adalah tempat akumulasi energi positif, karena digunakan untuk
melakukan peribadatan yng menghasilkan energi positif yang sangat besar. Karena
masjid-masjid itu berumur ribuan tahun dan digunakan untuk beribadah oleh
ribuan manusia. Maka sungguh tempat itu menyimpan energi positif yang luar
biasa besar. Masing-masing bagaikan sebuah tabung energi yang sangat dahsyat. Lantas
apa kaitannya dengan perjalanan Rasulullah saw? Ini terkait dengan badan
Rasulullah saw yang telah dirubah menjadi energi alias cahaya, maka banyak hal
yang harus disesuaikan dengan perubahan badan cahaya Rasulullah saw itu,
termasuk tempat keberangkatan dan kedatangan Rasulullah saw.
Masjidil Haram
dan Masjidil Aqsha dijadikan terminal pemberangkatan dan kedatangan. Ini mirip
dengan tabung transmitter dan receiver, yang digunakan dalam
proses teleportasi. Contoh kongkretnya adalah yang terjadi pada Mr Spock dalam
film sains fiksi Startrek. Karena masjid mengandung energi positif yang sangat
besar, maka perubahan badan Rasulullah saw dari materi menjadi energi cahaya
menjadi jauh lebih mudah. Apalagi ‘dioperatori’ oleh Malaikat Jibril
as yang memang makhluk cahaya. Maka semuanya berjalan lancar sesuai kehendak
Allah. Allah-lah yang berkehendak dan Jibril as yang melaksanakan. Setelah
badan Rasulullah saw berubah menjadi badan cahaya, maka Jibril as langsung memandu
perjalanan itu dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha. Dan bukan hanya
sampai di Yerusalem, Palestina saja, Jibril as tetap memandu Rasulullah saw
sampai ke Langit ke-7. Subhanallah.
Sumber : Terpesona di Sidratul
Muntaha oleh Agus Mustofa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar