Apa fungsinya kita shalat menghadap Ka’bah? Apakah
untuk menyembahnya? Sama sekali tidak, karena kita pasti tahu, bahwa kita
shalat hanya untuk menyembah kepada Allah. Ka’bah adalah tempat pusatnya sumber Energi
Positif yang berasal dari Allah dan berfungsi untuk menfokuskan
pancaran-pancaran energi yang terjadi akibat orang-orang yang shalat di seluruh
dunia. Di atas Ka’bah lurus ke atas adalah Baitul Makmur, di atas
Baitul Makmur adalah Al-Arsyi Allah, Ka’bah adalah arah kiblat shalat kaum
muslim sedunia. Jika kita amati, setiap saat Ka’bah dilingkari oleh jamaah yang
sedang shalat, mulai dari yang paling dekat, yaitu di sekitar Ka’bah, sampai
yang paling terjauh di balik Kota Mekkah. Akan tetapi yang unik, semua jamaah
itu berdiri shalat mengelilingi Ka’bah. Yang berada di barat Ka’bah menghadap
ke timur, yang di timur Ka’bah menghadap ke barat. Demikian pula yang di
sebelah utara dan selatan Ka’bah. Jamaah shalat di seluruh dunia terus-menurus
melingkari Ka’bah sepanjang hari selama 24 jam sesuai pergerakan Matahari.
Betapa telah terjadi ketegangan medan elektromagnetik antara orang-orang yang
shalat di seluruh dunia dengan Ka’bah. Mengapa demikian? Karena manusia yang shalat itu
sedang melakukan gerakan-gerakan meditasi energi. Mulai dari mengangkat
tangan sambil membaca takbir, rukuk, i’tidal, sujud, duduk dan seterusnya. Setiap
gerakan shalat selalu memunculkan atau menghasilkan energi yang berbeda, dan
hasil energinya tergantung dari khusyuk tidaknya dalam berdoa di sepanjang
shalatnya. Dalam pemahaman fisika, jika ada benda yang bermuatan listrik
(manusia adalah makhluk energi yang mempunyai daya listrik jutaan watt di dalam
dirinya) bergerak-gerak secara periodik dengan basis gerakan berputar, maka akan
terjadi medan elektromagnetik. Dalam hal shalat, gerakan yang dilakukannya
adalah gerakan yang berbasis gerakan berputar.
Contoh : takbir dengan mengangkat tangan adalah
gerakan berputar sejauh 180 derajat, rukuk dan iktidal (dengan mengangkat
tangan adalah gerakan berputar 90 derajat, jadi gerakan mengangkat tangan pada
saat takbir, rukuk dan iktidal itu ada faedahnya), sujud, duduk tawarruk dan
duduk iftirasi masing-masing adalah gerakan berputar 90 derajat. Setiap gerakan
itu akan menghasilkan perubahan-perubahan pancaran energi positif di tubuh
kita, dan akan menghasilkan medan elektromagnetik antara kita dengan Ka’bah.
Apakah medan elektromagnetik itu bisa terbentuk meskipun jarak kita dengan
Ka’bah sangat jauh? Sangat bisa, karena kecepatan gelombang elektromagnetik itu
sangatlah tinggi, sehingga jarak ribuan kilometer bisa ditempuh dalam orde
detik saja. Apalagi jika hati kita sudah memancarkan cahaya illahiah, maka
interaksi energial kita dengan Ka’bah sebagai pusat sumber energi positif dari
Allah itu berlangsung hanya dalam orde sepersekian detik saja. Sebab,
cahaya dengan kecepatan 300 ribu km/detik itu, mampu mengelilingi Bumi sebanyak
7,5 kali, hanya dalam waktu 1 detik saja! Subhaanallaah.
Apalagi bagi mereka yang melakukan shalat di dekat
Ka’bah, akan memperoleh akumulasi pancaran energi positif dari Ka’bah, maka
interaksi energi positf itu menjadi demikian dahsyatnya. Apa pun alasan
kedekatan antara Ka’bah dan orang yang shalat itu akan menimbulkan dampak yang
luar biasa.
Dalam waktu yang bersamaan, seseorang yang shalat di sekitar Ka’bah akan
menarik energi positif yang berasal dari Allah dan kemudian dimasukkan ke
tubuhnya dan akan mengimbas/meresonansi dirinya dan sekeliling tempat di mana
ia shalat. Dan ter-resonansi (terimbas) oleh energi illahiah Nabi Ibrahim as,
Nabi Ismail as dan para nabi keturunannya yang membekas di seluruh ‘petilasannya’
atau bekas-bekas tempat Nabi Ibrahim as beribadah. Dan ter-resonansi energi
dari putaran orang-orang yang berthawaf mengitari Ka’bah yang menghasilkan
gelombang elektromagnetik. Dan juga berasal dari aktifitas shalat umat Islam di
seluruh dunia.
Maka bisa kita bayangkan betapa besarnya pahala
untuk bisa berdekatan dengan Ka’bah. Dalam konteks shalat di seputar Ka’bah,
maka pantaslah Rasulullah saw menyebutkan pahalanya 100 ribu x lipat
dibandingkan dengan shalat sendirian. Karena jutaan manusia yang shalat di seputar
Ka’bah itu telah menyebabkan akumulasi energi yang sangat besar. Ibarat
baterei yang digabungkan secara serial, maka jutaan manusia yang berisi
milyaran biolistrik itu menghasilkan energi positif yang dahsyat pula. Energi
positif itu, disatu sisi bergerak vertikal untuk berkomunikasi dengan Allah,
dan di sisi lain, bergerak secara horizontal menyirami tubuh dan hati kita
dengan frekuensi yang sangat tinggi, sehingga listrik-listrik yang ada di ujung
saraf-saraf otak, di jantung dan seluruh tubuh kita menyala semua dan sel-sel
seluruh tubuh dan kepala mendapat pasokan nutrisi untuk energi dan juga pasokan
Oksigen yang maksimal dari hasil gerakan-gerakan shalat kita, supaya bisa untuk
menggerakkan seluruh organ-organ di tubuh dan di kepala, sehingga seluruh
organ-organ bisa bekerja secara maksimal sesuai fungsinya dan menetralisir
ketidakseimbangan dalam diri dan jiwa kita, karena shalat itu menyehatkan
jasmani dan rohani.
Tetapi sekali lagi, perlu diingatkan, bahwa
manfaat energi positif itu bagi kita sangat bergantung pada penerimaan kita
sendiri. Apakah hati kita terbuka untuk menerimanya? Jika tidak, maka pusaran
energi positif yang dahsyat dari Allah yang berpusat di Ka’bah itu sama sekali
tidak akan mampu merubah kondisi kita, baik secara fisik maupun mental, jika
kita shalatnya bukan untuk Allah, tidak khusyuk, atau tidak rendah hati. Maka
jika kita shalat harus hanya untuk Allah saja, rendah hati dan khusyuk,
sebagaimana lazimnya orang-orang yang berdoa dan bermunajat kepada Allah dengan
khusyuk dan rendah hati mengharap dengan sungguh-sungguh supaya doanya
dikabulkan oleh Allah. Dalam kondisi demikian, maka hati kita akan bergetar
seperti digambarkan Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 35 :
35. (“…yaitu orang-orang yang hatinya bergetar
ketika disebut nama Allah…”).
Sumber : Pusaran Energi Ka’bah oleh Agus Mustofa
1 komentar:
bisa dilihat sumbernya, ini rangkuman.
Posting Komentar