Dengan puasa
lebih dari 6 hari, maka jumlah neutrofil dan makrofag bertambah banyak
(sel neutrofil dan sel makrofag
adalah eukariota yang dimiliki sistem kekebalan tubuh bawaan, dan
dianggap sebagai pembela awal utama terhadap serangan bibit penyakit),
sehingga mampu menelan benda-benda asing yang masuk ke darah. Dari sini dapat
kita pahami bahwa yang dimaksud dengan perisai atau pelindung (junnah) di sini bukan hanya bersifat
batin, yaitu melindungi dari bahaya nafsu saja. Tetapi lebih dari itu, puasa
juga perisai atau benteng dari malapetaka fisik, puasa bukan sekedar
berimplikasi “nanti” di akhirat, bukan sekedar sebagai perisai manusia dari api
neraka, tetapi juga perisai dari api dunia yaitu panas yang muncul akibat
Armageddon. Dalam konteks ini, puasa juga menjadi benteng yang kokoh dari
bahaya Armageddon yang di dalamnya muncul asap Dukhaan sebagai akibat hantaman keras meteor yang menghantam Bumi.
Menurut Andang
Gunawan dalam bukunya, Food Combining :
Kombinasi Makanan Serasi, Pola Makan untung Langsing dan Sehat (hlm.
90-97), detoksifikasi adalah proses pengeluaran zat-zat yang memiliki sifat
toksin (racun) dari dalam tubuh. Puasa
terbukti efektif dalam proses detoksifikasi yang bersifat total dan holistik.
Orang yang mengerjakan puasa akan mengalami krisis detoksifikasi atau krisis
penyembuhan, pembersihan fisik dan peningkatan jiwa. Efek samping dari
detoksifikasi ini ditandai dengan salah satunya berupa lemes, gelisah, mual,
sakit kepala, pilek, flu, demam ringan dan sebagainya selama 1-6 hari pertama.
Hal ini karena tubuh terlepas dari rutinitas sehari-hari dan sedang mengolah
beberapa racun yang kemudian bergerak dalam aliran darah menyusuri seluruh
bagian tubuh beserta seluruh sistem dan jaringannya sebelum dikeluarkan dari
tubuh. Puasa untuk tujuan detoksifikasi dapat dilakukan selama 2 sampai 14 hari,
tergantung pada kondisi tubuh dan tingkat aksidosis di dalam tubuh, asal tidak
menjadi perokok aktif maupun pasif. Puasa sepanjang waktu itu ternyata sangat
efektif untuk tujuan pembersihan bagian dalam, regenerasi sel dan peremajaan
tubuh, asalkan dilakukan secara teratur dan berkala tidak setiap hari untuk
puasa sunat (sunnah).
Puasa sangat membantu dalam penyembuhan berbagai
penyakit, antara lain diabetes, asma, alergi, pilek, flu, bronchitis, asam
urat, rematik, kanker stadium dini, insomnia, depresi, stress, tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, penyumbatan pembuluh darah koroner (sakit jantung),
penyumbatan pembuluh darah arteri, obesitas. sariawan, maag (nyeri lambung),
migraine (sakit kepala), demam, penyakit-penyakit kulit dan ketergantungan
obat, nikotin, alkohol dan narkotika. Dalam kaitannya dengan kulit dan mata,
Dr. R Cinque menyebutkan bahwa puasa bisa menyebabkan kulit menjadi bersih dan
halus, serta mampu menjernihkan pandangan mata. Terapi puasa mampu meningkatkan
proses detoksifikasi dari dalam tubuh sendiri. Dengan aktivitas puasa Ramadlan,
organ sistem eliminasi dan detoksifikasi meliputi kulit, paru-paru, ginjal, hati, getah
bening dan usus besar, maka kinerja organ-organ tersebut menjadi lebih baik
dibandingkan organ-organ orang yang tidak berpuasa. Keutamaan puasa antara
lain, dengan puasa terjadi pembaharuan (regenerasi) sel-sel tubuh serta anggota
tubuh dan membersihkan tubuh dari berbagai jenis racun (detoksifikasi). Saat orang
puasa Ramadlan, sekian banyak lemak yang tertimbun di dalam tubuhnya akan
beralih ke hati, sehingga lemak itu dapat dimanfaatkan, lalu dari hati keluar
racun yang sudah melebur di dalamnya, terus hilang sama sekali dari tubuh.
Dr.Abdul Jawad ash-Shawi menyatakan bahwa zat asam
amino membentuk komposisi organik
dalam sel. Saat puasa, keasaman yang berasal dari makanan, berkumpul dengan
keasaman yang dihasilkan dari proses penghancuran. Saat puasa, pembentukan sel
akan kembali setelah ada penghancuran dan prosesnya, kemudian disebarkan
menurut keperluan sel-sel tubuh. Dengan begitu ada kesempatan untuk terjadinya
komposisi baru bagi sel-sel yang memperbaikinya dan mengangkat efektivitas
kerjanya, yang pada akhirnya mendatangkan kesehatan bagi tubuh manusia dan
menambah kesehatannya. Puasa Islam adalah satu-satunya sistem pencernaan yang
paling ideal dalam memperbaiki optimalisasi fungsi liver, yang menambahinya
dengan fatty acid dan amino organic selama rentang waktu
antara buka puasa dan sahur, sehingga kemudian membentuk inti protein, cairan phosphate,
cholesterol dan lain-lain untuk pembentukan sel-sel baru. Pembersihan sel hati atau hepar (liver)
dari lemak yang berkumpul di dalamnya setelah makan, juga dapat terjadi pada siang
hari saat puasa. Maka, dengan begitu liver tidak akan terserang cirrhosis
liver (gangguan pada jaringan hati). Manfaat lain, tidak akan terjadi ketimpangan
fungsional karena tidak terbentuknya materi yang dapat mengalihkan lemak
darinya, yaitu lemak yang bertumpuk-tumpuk yang pembentukannya dapat dihindari
karena mengosongkan perut atau memakan makanan yang tidak berlemak.
Dr.Bahar Azwar Sp.B.Onk di dalam bukunya yang
berjudul “Puasa Menurut Ilmu Kesehatan” menyebutkan, bahwa puasa berfungsi
sebagai pembersihan tubuh. Di saat tubuh kekurangan energi karena puasa, maka
otak yang paling banyak membutuhkannya mulai bereaksi, rangsangannya memaksa
kelenjar pankreas mengeluarkan hormon glukagon. Hormon ini bekerja membakar
glikogen yang tersimpan di hati menjadi glukosa, sehingga energi tercukupi dan
hati menjadi ringan. Bila masih belum cukup, dimulailah pembakaran lemak yang
menumpuk di berbagai bagian tubuh, seperti pembuluh koroner, yang mendarahi
jantung, hati, usus dan ginjal. Bersama dengan pengurangan bebannya, organ-organ
tersebut bertambah kuat, sesak napas akan berkurang, usus akan lebih bergairah,
buang air besar menjadi lancar, selain itu, berat badan akan berkurang dan
tubuh menjadi enteng. Dr. Bahar menyebutkan manfaat puasa, yaitu berkurangnya
lemak dan kolesterol sehingga mencegah penyakit jantung, pikiran menjadi
tenang, pekerjaan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh menjadi ringan,
tekanan darah yang tinggi akan berkurang, sehingga sakit kepala yang biasa diakibatkannya
akan hilang, beban ginjal yang mengeluarkan racun-racun tubuh dalam air kemih
juga berkurang, sakit pinggang karena ginjal akan berkurang, terjadi
pembaharuan (regenerasi) sel-sel organ-organ tubuh dan anggota tubuh (jantung
semakin muda, napas menjadi lapang, ginjal hemat dan sebagainya, jadi akan
menghambat penuaan, artinya puasa Ramadlan membuat kita menjadi awet muda dan
cerdas).
Dari sini dapat dipahami bahwa aktivitas puasa
Ramadlan mampu mencegah dan membersihkan kandungan lemak dalam hati. Sehingga,
puasa mampu meningkatkan kinerja hati dalam menetralisir toksin (racun-racun)
yang masuk ke dalam tubuh. Bahkan Hippocrates, yang dianggap sebagi bapak
kesehatan modern, menyebutkan, “If you
feed a cold you will have to starve a fever” (jika kamu merasa demam, sebaiknya
kamu berpuasa). Begitu juga Benjamin Franklin menyebutkan, “The best of all medicine are rest and fasting” (obat terbaik dari
segala obat adalah istirahat dan puasa). Jika suatu penyakit ditemui, ada cara
jitu yang dapat diambil untuk mengurangi lamanya dan gejala rasa sakit. Kunci
dalam permasalahan ini adalah menopang dan mendukung kemampuan tubuh dalam
detoksifikasi. Cara ini merupakan langkah terbaik untuk dilaksanakan yaitu
melalui puasa dan istirahat fisik. Puasa pada intinya adalah suatu “istirahat kimiawi” (chemical rest) bagi organ dalam tubuh. Dengan penyederhanaan makanan, hal itu
akan mempermudah dan mempercepat proses detoksifikasi organ utama, yaitu ginjal
dan hati. Herbert M. Shelton, penulis buku The
Hygienic System, menyebutkan bahwa keuntungan yang didapat setelah
melakukan ‘puasa’ (yang membedakan dengan starving
‘kelaparan’) adalah sebagai berikut : Pernafasan yang selama berpuasa telah
begitu ofensif menjadi bersih dan manis, lidah menjadi bersih, temperatur tubuh
yang tidak normal menjadi normal, denyut nadi menjadi normal waktu dan iramanya,
reaksi kulit dan reaksi organ lainnya menjadi normal, bau yang tidak sedap di
mulut jadi berhenti, air ludah menjadi normal, mata menjadi terang dan pengelihatan mata menjadi meningkat, air
seni menjadi bersih.
Puasa adalah
sebuah proses pembersihan dan sebuah istirahat fisiologis yang menyiapkan tubuh
untuk kehidupan masa datang yang lebih baik. Begitu juga dalam situs Anti Aging disebutkan tentang
manfaat puasa dalam mencegah dan menyembuhkan infeksi. Puasa telah menunjukkan
adanya peningkatan respon kekebalan (immune) untuk menghindarkan dan
menghapuskan infeksi. Para peneliti telah menyatakan bahwa setelah berpuasa
selama 14 hari, maka kandungan immunoglobin dalam tubuh meningkat
bersamaan dengan meningkatnya *monocytes dan **lymphocyte.
*Monocyte (monosit) adalah
sejenis leucosit (sel darah putih)
dengan satu inti, bersifat fagositik = mampu menelan dan menghancurkan
bakteri dan benda asing,
**Lymphocyte (limfosit) adalah
sejenis leucosit dengan inti tunggal tak bersegmen, berperan dalam proses
kekebalan tubuh.
Berkaitan dengan penyakit infeksi pula, DR. Otto Buchinger seorang dokter
di Jerman, menyebutkan jika ada orang yang tengah menderita radang selaput paru, telinga dan bisul, kesembuhannya
akan lebih cepat bila orang tersebut berpuasa. Puasa juga mempengaruhi hati, setelah
glikogen habis, maka hati meruntuhkan lemak sehingga kinerja hati menjadi lebih
baik. Puasa yang teratur dan terjadwal, sebagaimana puasa 1 bulan di bulan
Ramadlan yang terjadwal setiap tahun, mampu membuat pelakunya mempunyai
ketahanan atau imunitas yang optimal. Sehingga aman dari ancaman penyakit dan
epidemik dibandingkan orang yang tidak berpuasa. Hal ini sesuai dengan pendapat
puasa Dokter Tilden yang mengatakan :
“Semua penyakit yang akut
bisa dicegah jika diantisipasi dengan puasa dengan jangka waktu yang cukup. Hal
tersebut mampu menurunkan akumulasi toksin di bawah batas toleransi. Suatu
antisipasi puasa mampu membentuk suatu kekebalan yang dapat bertahan dari segala
penyakit. Jika suatu kasus epidemi (wabah penyakit) terlambat diketahui, maka hal ini akan
memperburuk kondisi. Jika hal ini terjadi dalam lingkup kota, maka perlu
dianjurkan kepada penduduk kota tersebut untuk segera berpuasa selama beberapa
hari, serta melaksanakan petunjuk puasa dengan sungguh-sungguh. Hal tersebut
menyebabkan wabah dapat dikurangi penyebarannya.”
Bila terjadi merebaknya epidemi paska hantaman
meteor ke Bumi pada bulan Ramadlan, maka orang-orang yang saat itu sedang
berpuasa Ramadlan akan selamat dari ancaman wabah tersebut. Berikut ini manfaat
puasa :
Dari berbagai pendapat di atas terdapat benang merah tentang puasa dan
hubungannya dengan kekebalan tubuh dan kesehatan. Hal inilah yang akan menjadi
perisai bagi setiap orang yang mengamalkannya. Bahwa orang-orang yang berpuasa
Ramadlan dan disertai dengan shalat malam (Tarawih, Tahajud dan sebagainya) maka
seluruh sel organ di dalam tubuhnya yang telah aus akan berganti dengan sel-sel
baru, sehingga laksana seorang bayi yang baru lahir. Sel-sel yang baru tersebut
menyebabkan kinerja organ tubuh bertambah baik dan mampu bertahan dari segala
serangan penyakit (kebal). Sebuah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad mengisyaratkan tentang bergantinya organ orang dewasa laksana organ
bayi yang baru dilahirkan.
Rasulullah saw bersabda :
“Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan puasa Ramadlan dan aku mensunnahkan
shalat di malam harinya. Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan
mengharapkan pahala (keridhaan) Allah, maka ia keluar dari dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan
ibunya.” Hadits riwayat Imam Ahmad.
Dalam kaitannya dengan asap global Dukhan yang
diprediksi akan muncul di pertengahan bulan Ramadlan, maka setiap orang yang
saat itu menjalankan puasa dengan sempurna, akan mendapat perlindungan dari
dahsyatnya petaka asap Dukhan. Bagi orang Islam yang sedang puasa Ramadlan
ketika meteor jatuh, maka ia hanya akan mengalami gejala seperti flu. Sedangkan
bagi setiap orang yang saat itu tidak berpuasa pada bulan Ramadlan bukan karena
sedang haid, maka asap Dukhaan itu akan menyulitkan dirinya. Dia akan mengalami
gangguan pada pernapasannya, radang sinus (sinusitis) yang menyebabkan wajah
membengkak serta mata terganggu, radang pada telinga (yaitu orang kafir dan
orang Islam KTP). Hal ini terjadi karena pada saat itu dia tidak mempunyai
sistem kekebalan yang optimal. Puasa Ramadlan adalah obat terbaik dari segala
obat. Bagi wanita yang sedang haid, ia akan selamat, jika seorang wanita haid
sejak hari pertama Ramadlan, ia tidak puasa maksimal 7 hari, maka ia sudah dapat
puasa 8 hari ketika meteor jatuh, hal itu sudah cukup bagi tubuhnya untuk
membentuk imunitas yang optimal, sehingga selamatlah ia dari petaka asap global
Dukhan yang terjadi di masa yang akan datang.