19 Desember, 2015

TAFSIR SURAT AL-BAQARAH JUZ 1 AYAT 49


49.  (Dan) ingatlah (ketika Kami bebaskan kamu) nenek moyangmu (dari fir’aun dan pengikut-pengikutnya yang menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu) yaitu (Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan yang besar dari Tuhanmu).

Fir’aun Ramses II telah berbuat sewenang-wenang dan kerusakan di muka Bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka yaitu Bani Israil (Al-Qashash 4). Setiap 2 tahun sekali, bayi laki-laki anak-anaknya Bani Israil disembelih, karena mengikuti petunjuk para penasehat spiritualnya, lalu Ramses II memerintahkan pasukannya untuk membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil yang akan meruntuhkan kerajaan fir’aun kelak jika mereka telah dewasa. Nabi Harun as lahir, ketika waktu tahun penyembelihan bayi-bayi laki-laki Bani Israil dihentikan selama setahun atas saran pejabat-pejabat kepercanyaannya fir’aun, supaya kaum laki-laki Bani Israil tidak habis, jika sampai habis, fir’aun akan rugi sendiri, karena tidak akan ada lagi kaum laki-laki dari Bani Israil yang bisa dijadikan budak. Ini terjadi pada zaman Fir’aun Ramses II, raja ke-3 dinasti ke-19 cucu Fir’aun Ramses I pendiri Dinasti ke-19 dan keturunan Fir’aun Ahmosis (Ahmses) pendiri kerajaan Mesir Baru (New Kingdom) dan juga pendiri Dinasti ke-18 karena Ahmosis berhasil mengalahkan dan merebut kembali Kerajaan Mesir Kuno dari Kerajaan Hyksos dibawah kekuasaan Raja Apophis, raja terakhir dari bangsa Hyksos (Phunicia/Khabiru), mereka adalah bangsa keturunan Kaum ‘Aad yang akhir (nenek moyang mereka adalah anak keturunannya Nabi Hud as dan para pengikutnya yang sebelum azab Allah datang menimpa negeri mereka, pindah ke Arabia Utara dari negeri mereka yang telah diazab Allah di Arabia Selatan, sedangkan Kaum ‘Aad yang pertama di Kota Iram (Ubar), provinsi Dhofar – Oman (An-Najm 50) telah dibinasakan Allah (Al-Haaqqoh 6-7). Mereka bangsa nomaden dan wilayah mereka yang terakhir sebelum pindah ke Mesir yaitu dekat Palestina, Jazirah Arab – Benua Asia lalu pindah ke Mesir – Benua Afrika sejak zaman Kerajaan Mesir Lama, lalu merebut kekuasaannya fir’aun Dinasti ke-13 dan ke-14 dari Kerajaan Mesir Pertengahan (Middle Kingdom). Terus mendirikan Kerajaan Mesir Pertengahan II (kerajaan Hyksos ibukotanya di Avaris - Mesir Utara, pemimpinnya disebut ‘Raja’ (Malik) bukan fir’aun. Hal itu karena penguasa Kerajaan Mesir Kuno waktu itu adalah bangsa Hyksos bukan orang asli Mesir (Lihat surat Yusuf 43, 50, 51, 54, 72, 76). Nah, abad ke-17 SM di zaman itulah Nabi Yusuf as datang ke Fayoum - Mesir di jual sebagai budak, lalu dibeli Potiphar wazir/wakil/PM Raja Hyksos.

Kembali kepada sejarah Fir’aun Ramses II yang mempunyai puluhan istri dan ratusan anak. Anak-anaknya berjumlah 156, anak-anak laki-lakinya 96 dan anak-anak perempuannya 60, ia lahir tahun 1303 dan naik tahta umur 24 tahun. Setelah berkuasa selama 30 tahun, yaitu ketika umurnya 54 tahun, Fir’aun Ramses II mengaku dirinya sebagai ‘tuhan’ bagi rakyatnya dan menahbiskan diri sebagai tuhan pada upacara yang dikenal sebagai Sed Festival. Penuhanan Ramses II itu kelak memberikan jalan yang mulus bagi Merneptah, anaknya, untuk mewarisi kekuasaannya. Ramses II adalah profil seorang manusia ambisius, sejak kecil ia dididik ayahnya Fir’aun Seti I raja ke-2 Dinasti ke-19 untuk menjadi orang besar. Ramses II diangkat menjadi penguasa Kerajaan Mesir Baru tahun 1279 SM menggantikan ayahnya Fir’aun Seti I yang meninggal dunia tahun 1279 SM juga. Fir’aun Ramses II menjadi fir’aun yang terbesar sepanjang sejarah Mesir kuno dan digelari para ahli sejarah sebagai “Fir’aun The Great”. Hanya dalam waktu 20 tahun, ia bisa mengendalikan kerajaan besar itu tanpa tanding. Tentaranya berjumlah sekitar 100.000 orang, jumlah yang sangat besar pada zaman itu, karena itu, nyali siapa saja akan ciut kala menghadapi Ramses II, apalagi yang menjadi panglima perang adalah putra mahkotanya Pangeran Merneptah, putra Ramses II + Nerferati selirnya. Merneptah adik lain ibu dengan Amunherkhepseshef, ia adalah putra Ratu Nefertari + Ramses II yang meninggal ketika masih remaja.

Ditangan Fir’aun Ramses II, Kerajaan Mesir Kuno disegani negara-negara di sekitarnya. Kekuasaan Fir’aun Ramses II membentang dari Abu Simbel di hulu Sungai Nil di Afrika selatan, perbatasan dengan Sudan sampai muara Sungai Nil di Alexandria, Laut Tengah (Mediterania) di Afrika utara, ibu kotanya di Thebes, sekarang Kota Luxor dan Karnak. Arti nama Ramses adalah : Ra = Dewa Matahari, Mses = keturunan. Ramses artinya = Keturunan Dewa Matahari. Umur 90 tahun Fir’aun Ramses II meninggal dunia pada tahun 1213 SM karena penyakit pembuluh darah, persendian akut dan rahangnya bengkak karena mengalami infeksi akut pada gigi-giginya, punggungnya bungkuk dan jalannya tertatih-tatih. Fir’aun Ramses II yang mengaku sebagai tuhan, kalah oleh usia dan komplikasi penyakit yang menggerogoti tubuhnya yang renta itu, ia berkuasa tahun 1279-1213 SM (67 tahun) dan di makamkan di Lembah Raja (Wadi al-Muluk/Valley of The King) adalah bukit batu yang berbentuk mirip Piramida sebagai makam para fir’aun New Kingdom di Thoba di sebelah barat Sungai Nil di Luxor Barat. Mumi  Ramses II ditemukan di sekitar Lembah Raja tahun 1881 Masehi oleh para arkeolog. Ketika kain kafan mumi itu dibuka, tangan kiri Ramses II bergerak terangkat dari posisi silang di depan dadanya. Mumi Ramses II lalu menunjukkan ekspresi terakhirnya saat meregang nyawa. Entah apa yang mengakibatkan tangan mumi Ramses II itu bisa bergerak meski sudah lewat 3.127 tahun dari saat kematiannya.

Rakyat Mesir percaya, rajanya keturunan Dewa Matahari Ra dan Dewa Ra dianggap sebagai raja pertama Mesir. Maka Raja Mesir dianggap amat suci, sehingga rakyat biasa tidak boleh berhadapan langsung dengan raja (melihat muka raja), bahkan menyebut nama raja. Jika mau menyebut nama raja, rakyat Mesir kuno menyebut istilah Per-Ah = “Istana Agung” sebagai ganti nama raja. Dari istilah itulah, diperoleh sebutan Pher-aoh atau Fir’aun untuk Raja Mesir Kuno, jika penguasanya orang Mesir asli. Kerajaan Mesir Kuno dikuasai sekitar 200 fir’aun orang Mesir asli selama 2100 tahun lebih, yang berkuasanya lama atau singkat dan Mesir dijajah bangsa asing selama 1700 tahun lebih, pertama bangsa Hyksos, lalu sejak tahun 1069 SM dikuasai bangsa Libya, suku Nubia (Sudan), Assyria, Persia, Raja Alexander Agung dari Macedonia - Yunani 332 SM, setelah dia meninggal 323 SM, diganti jenderalnya Ptolemeus, dan dikuasai mutlak Kerajaan Romawi 12 Agustus 30 SM - 8 November 641 M (Muharam 20 H) dengan ditaklukannya Kerajaan Byzantium oleh tentara muslimin yang dipimpin Amr bin Ash  zaman Khalifah Umar bin Khathab. Setelah Mesir dibebaskan dari penjajahan Romawi, akhirnya banyak penduduk Mesir masuk Islam dengan sukarela, tetapi yang kafir harus membayar jizyah sesuai  golongan.

Fir’aun Ramses II adalah ayah angkat Nabi Musa as, waktu beliau as dan Nabi Harun as diutus Allah untuk memberi peringatan kepada fir’aun, yang menjadi fir’aun bukan Ramses II lagi, tetapi anaknya, yaitu Merneptah yang usianya lebih tua daripada usia Nabi Musa as. Ibu tiri Merneptahlah yang bernama Ratu Nefertari yang memungut bayi Musa dari pinggir Sungai Nil, ia melihat bayi mungil yang ada di keranjang bayi yang terdampar di istana musim panasnya fir’aun di kawasan dekat Delta Sungai Nil di Kota Memphis dahulu ibukota Kerajaan Mesir Lama, sekarang berupa desa kecil, sementara pusat istana pemerintahan Fir’aun Ramses II dan para fir’aun Kerajaan Mesir Baru ada di Kota Luxor Timur (bhs. Arab “Al-Aqshar = istana-istana raja). Nabi Musa as lahir di Kota Fayoum (Faiyum) Mesir Utara, bayi Musa lahir dari rahim wanita Bani Israil sebagai keturunan ke-4 dari Nabi Yakub as yang bernama Yukabad, ayah Nabi Musa as dan Nabi Harun as bernama Imran bin Quhas (Kehat) bin Lavi (Lewi) bin Ya’qub as bin Ishaq as bin Ibrahim as. Sebelum Allah ilhami Yukabad untuk menghanyutkan bayinya ke Sungai Nil, selama 3 bulan ia menyembunyikan kelahiran bayinya karena takut dibunuh oleh Fir’aun Ramses II. Nabi Musa as sezaman dengan Qarun sepupunya, anak pamannya yang bernama Yashar adik kandungnya Imran ayah Nabi Musa as. Qarun bekerja sebagai penjilat dan mata-matanya Fir’aun Merneptah untuk mengawasi Nabi Musa as, Nabi Harun as dan Bani Israil. Kelahiran bayi Musa menggusarkan Fir’aun Ramses II, sebab para penasehat spiritualnya mengatakan, bahwa akan lahir bayi laki-laki dari kalangan Bani Israil yang kelak mengalahkan kekuasaan fir’aun. Ramses II pun memerintahkan pembunuhan setiap bayi laki-laki dari Bani Israil.

Maka Allah mengilhamkan kepada ibunya bayi Musa untuk menaruhnya ke dalam keranjang bayi dan dihanyutkan ke Sungai Nil (Thaahaa 37-39 dan Al-Qashash 7). Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa setelah ibu Musa menghanyutkan bayi Musa di Sungai Nil, maka timbullah penyesalan dan kesangsian hatinya lantaran kekhawatiran atas keselamatan bayi Musa, bahkan hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa dengan berteriak meminta tolong kepada orang untuk mengambil anaknya itu kembali, yang akan mengakibatkan terbukanya rahasia bahwa Musa adalah anaknya sendiri, seandainya tidak Allah teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya kepada janji Allah (Al-Qashash 10). Dan berkatalah ibu bayi Musa kepada saudara perempuan bayi Musa untuk mengikuti adiknya yang hanyut di Sungai Nil, maka kelihatanlah olehnya bayi Musa dari jauh, sedangkan orang-orang tidak mengetahui perbuatannya (Al-Qashash 11). Kemudian ditemukan oleh permaisuri fir’aun yaitu Nefertari yang jatuh hati kepada bayi Musa karena terlihat lucu dan tampan, Ratu Nefertari langsung jatuh hati dan meminta suaminya Fir’aun Ramses II untuk tidak membunuhnya bahkan justru memintanya untuk mengambil menjadi anak angkat mereka (Al-Qashash 8), maka bayi Musa diangkat menjadi anak oleh keluarga fir’aun (Al-Qashash 9). yaitu bayi laki-laki berkulit putih ciri-ciri bayi Bani Israil yang jelas-jelas bukan kaum fir’aun, karena bayi orang Qibthi (Mesir asli) berkulit cokelat. Fir’aun Ramses II tidak mampu menolak permintaan istri tercinta, apalagi Ratu Nefertari pernah kehilangan anak laki-lakinya yang bernama Pangeran Amunherkhepseshef, padahal anak itu diharapkan akan menggantikan tahta kekuasaan Fir’aun Ramses II untuk menjadi fir’aun kalau nanti ayahnya wafat.

Saat bayi Musa lahir sekitar tahun 1250 SM, Fir’aun Ramses II sudah berumur 54 tahun lebih dan dia sudah mengangkat dirinya sebagai ”tuhan”. Selama tinggal di kerajaan fir’aun, bayi Musa terus mendapat perlindungan dari Allah. Allah cegah bayi Musa untuk tidak mau disusui oleh wanita-wanita yang mau menyusuinya (Al-Qashash 12), bayi Musa hanya mau menyusu kepada ibu kandungnya dan tidak mau menyusu kepada wanita lain. Untuk memenuhi permintaan istri tercinta, Ramses II menyelenggarakan sayembara mencari ibu-ibu yang mampu mengasuh dan menyusui bayi Musa. Maka saran Maryam kakak perempuan bayi Musa kepada orang-orang istana fir’aun, bahwa ada ibu yang susunya enak dan bau tubuhnya wangi (Thaahaa 40). Maka Allah kembalikan bayi Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya bahwa Allah Maha Pemenuh Janji (Al-Qashash 13). Yang akhirnya, terpilihlah ibu bayi Musa yang berwajah Bani Israil sebagai pengasuh yang menyusui dan memelihara Musa kecil sampai masa kanak-kanaknya berakhir (Al-Qashash 13). Nabi Musa as adalah saudara angkatnya Merneptah dan Ramses II mengangkatnya menjadi putra mahkota karena ia anak laki-laki tertua untuk menggantikan kakaknya Amunherkhepseshef dan 12 kakak laki-lakinya yaitu anak-anak dari selir-selir ayahnya yang meninggal sebelum masa pewarisan. Ketika masih menjadi putra mahkota, Pangeran Merneptah digemleng secara militer dan diangkat ayahnya menjadi panglima perang di akhir-akhir kekuasaan ayahnya dan memimpin pasukan perang Kerajaan Mesir Kuno ketika Fir’aun Ramses II masih berkuasa. Arti nama Merne = kesayangan, Ptah = Dewa Pencipta, Merneptah artinya = Kesayangan Dewa Pencipta. Fir’aun Dinasti ke-19 penyembah Dewa Amun-Ra, rajanya para dewa. Ketika berkuasa, Merneptah juga mengaku dirinya sebagai ‘tuhan’ (Al-Qashash 38 dan An-Naazi’aat 24), kelakuan sewenang-wenangnya tak jauh dari bapaknya. Fir’aun Merneptah mengendalikan kekuasaan Kerajaan Mesir Baru secara diktator militer dengan sangat bengis. Merneptah diangkat menjadi raja ke-4 Dinasti ke-19 sekitar umur 50 tahun dan berkuasa selama 10 tahun (1213-1203 SM).

Fir’aun Merneptah inilah yang berkuasa setelah Nabi Musa as dari Madyan kembali ke Mesir dan dia lah yang mati tenggelam digulung gelombang laut yang menyatu kembali setelah Nabi Musa as memukulkan tongkatnya lagi ke Laut Merah (di bagian Teluk Suez). Fir’aun Merneptah tewas beserta bala tentaranya yang terkenal bengis, termasuk pejabat kepercayaannya Haman, karena mengejar Bani Israil (Al-Baqarah 50). Lalu Allah selamatkan jasadnya Fir’aun Merneptah yang telah kaku dalam posisi sujud tidak rusak dan masih utuh, walaupun berubah pucat keputih-putihan karena lebih dari 1 hari terendam air laut terus ditemukan masyarakat Mesir lalu diserahkan ke kerajaan untuk dibalsem atau diawetkan (Yunus 92). Setelah Fir’aun Merneptah tewas mendadak, terjadi perebutan kekuasaan (chaos) selama 10 tahun (1203-1193 SM) diantara saudara-saudara Fir’aun Merneptah, sehingga ada 7 fir’aun yang menggantikannya. Akhirnya Seti Nekth berhasil menertibkan keadaan negara yang kacau tersebut, lalu mendirikan Dinasti ke-20 dan menjadi raja ke-1 di Kerajaan Mesir Baru. Maka berakhirlah Dinasti ke-19 yang berkuasa sekitar 130 tahun setelah didirikan di abad ke-13 SM oleh Ramses I yaitu kakek buyutnya Merneptah. Setelah ribuan tahun terkubur di Lembah Raja, akhirnya mumi Merneptah ditemukan tahun 1898 M oleh para arkeolog dipimpin Mr. Loret. Sekarang muminya ditempatkan di Museum Tahrir, Kairo – Mesir dibaringkan disebelah mumi ayahnya Ramses II.

Sumber: Al-Qur’an, Jelajah Sungai Nil, Penaklukan Mesir dan berbagai sumber

Tidak ada komentar: