Selesai mengerjakan tugas di Madyan dengan bekerja
menggembalakan ternak mertua Nabi Musa as yaitu Nabi Syu’aib as sebagai mas
kawin karena menikahi putri beliau as selama 8 tahun dan ditambah 2 tahun lagi
sebagai kebaikan Nabi Musa as kepada sang mertua, maka Nabi Musa as mengajak
istri dan putra-putra beliau as untuk pulang kampung ke Mesir, Thaahaa 40 dan Al-Qashash 27-29. Di tengah perjalanan, Nabi Musa as melihat api di
lereng gunung, terus mendatanginya, Thaahaa
10, An-Naml 7 dan Al-Qashash 29. Sesampainya di tempat api itu, Allah
memanggil dan mengangkat Nabi Musa as dan saudaranya yaitu Nabi Harun as menjadi
nabi dan rasul-Nya, Maryam 51-53, Thaahaa
11-17, 19-24, 41-42, Al-Furqaan 35, An-Naml 8-12, Al-Qashash 30-31 dan An-Naazi’aat 16. Allah mengutus Nabi Musa as dan Nabi Harun as pergi ke Mesir untuk
berdakwah kepada Fir’aun Merneptah dan
pemimpin-pemimpin kaumnya (para pejabat kerajaan) di istananya dengan membawa
tanda-tanda kekuasaan dari Allah dan mukjizat-mukjizat yang jelas, tetapi
mereka menyombongkan diri dan durhaka kepada rasul-rasul-Nya bahkan menuduh
Nabi Musa as sebagai tukang sihir dan ingin mendapatkan kekuasaan di Kerajaan
Mesir dan mereka adalah orang-orang yang berdosa, Yunus 75-78 dan Huud 96-97.
Fir’aun Merneptah mengijinkan Nabi Musa as untuk bisa bertemu dengannya karena ia
mengenal Nabi Musa as yang pernah menjadi bagian dari anggota keluarga besar Kerajaan
Mesir Kuno dan tinggal puluhan tahun di istana fir’aun. Seandainya Nabi Musa as
tidak dikenal Fir’aun Merneptah sebagai saudara angkatnya, jelas tidak mungkin
bisa menemui Fir’aun Mesir yang menganggap dirinya bukan hanya seorang raja besar
yang kaya raya yang luas kekuasaannya dan kerajaannya, tetapi juga sebagai ‘tuhan’
bagi rakyatnya. Sebab, Nabi Musa as itu di dalam pandangan Fir’aun Merneptah
dan pejabat-pejabatnya, bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, hanya rakyat
biasa, miskin dan tidak mempunyai jabatan apa pun. Ketika bertemu dengan Fir’aun
Merneptah di istananya, Nabi Musa as dan Nabi Harun as memperkenalkan diri
sebagai rasul-rasul utusan Tuhan semesta alam dan meminta kepada Fir’aun Merneptah
untuk membebaskan Bani Israil dari perbudakan dan bebas pergi bersama Nabi Musa
as kembali ke Palestina, Al-A’raaf
104-105, Asy-Syu’araa’ 17 dan Ad-Dukhaan 17-21, karena Bani Israil
dipaksa menjadi budak sejak zaman Fir’aun Ramses II sampai zaman Fir’aun Merneptah,
terutama pada zaman Fir’aun Ramses II untuk membangun banyak bangunan di banyak
tempat dari Mesir utara sampai selatan di kerajaannya.
Bani Israil
dipaksa mengerjakan proyek pengerukan Sungai Nil untuk dibuat terusan atau
kanal yang akan disambungkan dengan Laut Tengah tetapi tidak berhasil, pembangunan
ribuan patung, monumen, kuil besar Ramesseum termasuk di dalamnya Colossus
Ramses II dan kuil di Luxor, Colossus Ramses II di Memphis, The Great Hypostyle
Hall di Karnak seluas 5 ribu meter persegi dan penambahan bangunan di Kuil
Luxor yang bangunan-bangunan tersebut telah hancur terkena gempa bumi pada
tahun 100 M dan sekarang sudah direnovasi oleh Pemerintah Mesir untuk
pariwisata. Kota Pi-Ramses (kota yang dibangun oleh Fir’aun
Ramses II) beserta tata kotanya seluas 30 km persegi dan di dalamnya termasuk
istana Ramses II, sejumlah bekas kandang kuda dengan luas yang sangat luar
biasa besar dengan peralatan kuda dan kereta perangnya, dan pabrik senjata,
karena Pi-Ramses adalah kota militer sehingga terdapat barak militer dan markas
garnisun tentara berkuda kerajaan zaman Ramses II di Kota Qantir Delta Sungai
Nil – Mesir Utara untuk kampanye militernya ke Negeri Syam. Dan pada zaman Ramsses
II masih hidup, Kota Pi-Ramses merupakan daerah yang subur dan dialiri cabang
Sungai Nil. Tetapi sekitar 150 tahun setelah kematian Fir’aun Ramses II, akhirnya
bangunan-bangunan yang dibangun dengan tenaga budak Bani Israil tersebut
dihancurkan Allah dengan dihilangkannya aliran cabang Sungai Nil Pelusiac kuno
yang panjangnya 180 km, sehingga jalur cabang Nil berubah meninggalkan sungai
kering berlumpur yang membuat tanah menjadi tandus dan tidak dapat menghidupi
sebuah kota metropolitan. Baru ribuan tahun kemudian ditemukan oleh
arkeolog-arkeolog EAO dari Mesir, misi Austria yang dipimpin oleh Manfred Bietak dan misi Jerman yang
dipimpin oleh Edgar Pusch. Cabang Sungai
Nil Pelusiac kuno tersebut berpindah ke jalur cabang Sungai Nil Tanitic di
Delta Sungai Nil.
Pemerintah saat itu tidak mau kehilangan Kota
Pi-Ramses yang cantik nan agung, lalu memerintahkan rakyatnya untuk memindahkan
total seluruh kota lengkap dengan patung-patung raksasa seberat ratusan ton,
kuil yang dibongkar ulang dan berbagai macam bangunan lainnya dan membangunnya
kembali di Kota Tanis yang jaraknya lebih dari 30 km ke utara dari Kota Qantir,
proyek gila selanjutnya bagi rakyat Mesir saat itu. Akhirnya kota tersebut berhasil
dipindahkan ke tepian cabang Sungai Nil yang baru, sebuah Kota Pi-Ramses baru
telah lahir kembali di Kota Tanis meninggalkan pondasi aslinya di Kota Qantir.
Sekitar 50 tahun kemudian Kota Pi-Ramses yang baru itu, Allah hancurkan lagi
dengan meluapnya Danau Manzala yang membanjiri kota yang membuatnya terkubur
dalam lumpur, tanah dan pasir dan berubah lagi jalur atau aliran sungainya dan
menjadi petaka lagi bagi Kota Pi-Ramses yang baru tersebut. Kota itu kembali
ditinggalkan sumber kehidupannya yaitu aliran cabang Nil Tanitic dan sekali
lagi menjadi kota yang tandus, kering dan mati yang keadaannya seperti
permukaan Bulan dan ditinggalkan penduduknya lalu hilang dan lenyap dari
permukaan Bumi sampai ditemukan oleh Piere Montet arkeolog berkebangsaan
Perancis 3000 tahun kemudian dalam penggalian selama belasan tahun dan akhirnya
kota tersebut bisa dilihat lagi pada abad ke-20, Al-A’raaf 137. Merneptah menolak permintaan Nabi Musa as untuk
membebaskan Bani Israil dari perbudakan dan bahkan mengungkit-ungkit budi baik
orangtuanya dan keluarganya termasuk dirinya terutama ibu tirinya Nefertari
yang mengadopsi dan mengasuh Nabi Musa as sejak masih bayi hingga dewasa
sehingga beliau as menjadi bagian dari anggota keluarga besar Kerajaan Mesir
Kuno dan hidup mewah di istana fir’aun.
Qur’an surat Asy-Syu’araa’ ayat
18-19:
18. (Berkatalah) Fir’aun Merneptah
kepada Nabi Musa as (: “Bukankah) orangtua (kami telah mengasuhmu di dalam keluarga kami,
waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari
umurmu) di istana kami.
19. (Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu) Nabi Musa as tidak sengaja membunuh orang Qibthi, Al-Qashash 15 (dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas budi”).
Allah memerintahkan Nabi
Musa as dan Nabi Harun as dengan membawa bukti yang nyata yaitu
mukjizat-mukjizat dari Allah pergi ke Mesir berdakwah kepada Fir’aun Merneptah
dan orang-orang yang ada di sekelilingnya termasuk pejabat-pejabat kaumnya, Al-A’raaf 103, Yunus 75, 107-108, Huud 96-97, Al-Israa’ 101-102, Thaahaa 43-44, 46-48, 50, 52-55, Al-Mu’minuun 45-46, Al-Furqaan 36, Asy-Syu’araa’ 10-11, 15-16, 24, 26, 28, 30, 32-33, An-Naml 13,
Al-Qashash 32, 35, Al-Mu’min 23, Az-Zukhruf 46, Adz-Dzariyaat 38, An-Naazi’aat
17-20 dan Al-Muzzammil 15), tetapi
Fir’aun Merneptah dan pemuka-pemuka kaumnya dan tentaranya zhalim, takabur dan
sombong sehingga mereka mendustakan dan memfitnah kedua utusan-Nya, padahal
hati mereka menyakininya bahwa itu semua mukjizat dari Allah yang berjumlah 9
buah dan bukan ilmu sihir, Al-A’raaf
109-110, Yunus 75-78, Huud 97, Al-Israa’ 101, Thaahaa 56-57,
Al-Mu’minuun 46-48, Asy-Syu’araa’ 25,
27, 34, 35, An-Naml 13-14, Al-Qashash 36, Al-Mu’min 24, Az-Zukhruf 47, Adz-Dzariyaat
39, dan An-Naazi’aat 21. Fir’aun
Merneptah mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain dirinya, Al-Qashash 38 dan mengaku hanya ia “tuhan” yang paling tinggi bagi rakyatnya, An-Naazi’aat 24, maka ia mengancam Nabi
Musa as benar-benar akan dimasukkan ke penjara jika menyembah Tuhan selain
dirinya, Asy-Syu’araa’ 29. Kemudian Fir’aun
Merneptah dan orang-orangnya mengumpulkan para tukang sihir untuk melawan Nabi
Musa as dengan sihir mereka, Al-A’raaf
111-116, Yunus 79, Thaahaa 58, 60-68, Asy-Syu’araa’ 36-37, 38 41-45 dan An-Naazi’aat 22, pada hari yang maklum, yaitu pada waktu Matahari
sepenggalan naik (waktu Dhuhaa) pada hari raya festival agama pagan masyarakat
Mesir kuno yang dirayakan setiap tahun dengan sangat meriah, Thaahaa 59 dan Asy-Syu’araa’ 38. Di mana seluruh rakyat Mesir kuno mendatangi pusat
peribadatan kerajaan di Kuil Luxor dan Kuil Karnak untuk merayakan Festival
Opet, lalu Merneptah memerintahkan mengumpulkan rakyatnya untuk melihat
dan memihak tukang-tukang sihirnya untuk melawan Nabi Musa as, Asy-Syu’araa’ 39-40. Ketika Nabi Musa as
bisa mengalahkan Fir’aun Merneptah dengan mengalahkan semua tukang sihirnya, Al-A’raaf 117-119, Yunus 80-82 dan Thaahaa 69. Lalu semua tukang sihirnya
beriman kepada Allah dan kedua utusan-Nya, Al-A’raaf
120-123, 125-126, Thaahaa 70, 72-73 dan
Asy-Syu’araa’ 46-48, 50-51, maka Fir’aun Merneptah marah dan mengancam
semua tukang sihirnya dan menghukum mereka, Al-A’raaf 124, Thaahaa 71 dan Asy-Syu’araa’
49, termasuk istrinya Fir’aun Merneptah juga beriman kepada Allah dan kedua
rasul-Nya sehingga Fir’aun Merneptah murka dan menyiksa istrinya sampai mati, At-Tahriim 11. Para fir’aun Mesir itu
istrinya banyak, dan istri-istri mereka itu terdiri dari saudari-saudari
kandungnya, saudari tirinya dan wanita lain, bahkan ayah Fir’aun Merneptah
yaitu Fir’aun Ramses II juga menikahi 2 putri kandungnya sendiri.
Nabi Musa as berhasil mengalahkan
tukang-tukang sihir Fir’aun Merneptah, lalu mereka dan salah satu istrinya juga
masuk Islam, membuat Fir’aun Merneptah bertambah marah dan melampiaskan
kemarahannya kepada Bani Israil, ia mengancam lalu membuktikan ancamannya
dengan membunuhi anak-anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak
wanita mereka serta membiarkan hidup wanita-wanita Bani Israil, Al-Baqarah 49, Al-A’raaf 127, 141, Ibrahim 6 dan Al-Qashash 4. Fir’aun Merneptah dan pengikut-pengikutnya juga membunuhi
semua anak-anak laki-laki orang-orang yang beriman bersama Nabi Musa as baik itu
dari anaknya orang Mesir maupun Bani Israil dan membiarkan hidup wanita-wanita
mereka, Al-Mu’min 25. Fir’aun
Merneptah dan kaumnya berbuat sewenang-wenang dan membuat banyak kerusakan
(kezhaliman) dan kedua fir’aun itu menjadikan penduduknya berpecah belah,
Fir’aun Ramses II menjadikan budak golongan Bani Israil untuk membangun
Kerajaan Mesir Baru dan putranya yaitu Fir’aun Merneptah dan penggantinya tetap
menindas Bani Israil dengan memaksa mereka bekerja sebagai budak di wilayah
kerajaan fir’aun, Al-A’raaf 129, Yunus
83, Al-Qashash 4 dan Al-Fajr 11-12.
Fir’aun Merneptah akan membunuh Nabi Musa as karena khawatir dakwah beliau as
berhasil mengubah agama rakyat Mesir, Al-Mu’min
26. Sehingga menyebabkan Fir’aun Merneptah dan tuhan-tuhannya tidak
disembah lagi sebagai tuhan-tuhan oleh rakyatnya. Kezhaliman Fir’aun Merneptah
dan kaumnya telah melampaui batas, lalu Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa
mengazab mereka dengan musim kemarau yang panjang, kekurangan buah-buahan dan
tanaman budi daya dan mengubah sumber-sumber air di Mesir menjadi darah. Kemudian
Allah mengirimkan taufan (badai) disertai hujan es dan petir, nyamuk, katak,
tikus, lalat pikat (Tabanus sulcifrons) yang bertubuh besar, khususnya lalat
betina adalah lalat penghisap dan penjilat darah manusia dan binatang mamalia
besar. Binatang-binatang tersebut menyerbu Mesir termasuk ke istana fir’aun dan
menutupi permukaan tanah. Bencana penyakit sampar yang membunuh ternak orang-orang
Mesir, barah (bisul) yang menimpa orang-orang Mesir yang kafir, kegelapan selama
3 hari di Mesir dan kematian semua anak-anak sulung keluarga Mesir termasuk
putra sulung Fir’aun Merneptah sendiri yang berarti kematian ‘tuhan-tuhan’
mereka. Fir'aun Merneptah beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk, Al-Mu’min 45, karena mereka mendustakan
Allah dan rasul-Nya, semua azab tersebut menimpa seluruh Mesir, Al-A’raaf 130, 133, Qaaf 13-14, Al-Qamar 41-42
dan Al-Fajr 13. Kaum fir’aun (bangsa
Qibthi) itu mendustakan Nabi Musa as dan Nabi Harun as, maka Allah membalas
kekafiran mereka dengan azab-Nya karena sangat besar kebencian Allah kepada
mereka, Al-Hajj 44. Mereka mendurhakai rasul-Nya, maka Allah
menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras, Al-Haaqqah 10. Fir’aun Merneptah mendurhakai
Nabi Musa as, lalu Allah siksa ia dengan siksaan yang berat, Al-Muzzammil 16. Bencana-bencana
yang menimpa Fir’aun Merneptah dan kaumnya itu untuk mengazab dan mempermalukan
mereka. Ternyata Fir’aun Merneptah dan semua dewa-dewi yang disembah oleh
bangsa Mesir kuno itu tidak dapat menolak dan melawan azab dari Allah untuk
melindungi para penyembah mereka. Karena Fir’aun Merneptah dan para fir’aun
lainnya itu bukan Tuhan dan dewa-dewi Mesir kuno juga bukan Tuhan, dewa-dewi
itu tidak ada hanya nama-nama yang diada-adakan. Daerah pemukiman Bani Israil
di Kota Fayoum terhindar dari azab Allah karena Allah lindungi wilayah tersebut
dengan dihijab, sehingga mereka selamat terhindar dari semua azab-Nya. Selanjutnya
Allah siksa Fir’aun Merneptah dan tentaranya lalu Allah lemparkan mereka ke
dalam Laut Merah bagian Teluk Suez karena dosa-dosa mereka yang besar, Adz-Dzariyaat 40 dan Al-Haaqqah 9. Dan karena ucapan Fir’aun
Merneptah yang mengaku sebagai “tuhan” yang paling tinggi bagi rakyatnya dan mengaku
tidak ada “tuhan” selain dirinya, maka Allah membinasakannya dengan ditenggelamkan
di laut sampai tewas akibat dari sebagian perbuatan dosa-dosanya yaitu sebagai
balasan atas ucapannya yang terakhir dan ucapannya yang pertama. Yaitu ketika pertama
kali Fir’aun Merneptah berkata : “Hai para pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui Tuhan bagi kalian selain aku sendiri. Maka bakarlah hai Haman,
untukku tanah liat (batu bata), kemudian buatkanlah untukku bangunan yang
tinggi (menara), supaya aku dapat naik ke atas untuk melihat dan berdiri di
hadapan Tuhannya Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia
termasuk orang-orang yang pendusta dalam pengakuan Musa yang mengatakan ada
Tuhan lain selain aku dan bahwa dia adalah rasul-Nya.” Al-Qashash 38 dan An-Naazi’aat
24-25.
Qur’an surat Al-Anbiyaa’ ayat
29 :
29.
(Dan
barangsiapa di antara mereka berkata: “Sesungguhnya aku adalah Tuhan selain
Allah.” Maka orang itu Kami beri balasan dengan) Neraka (Jahannam. Demikianlah Kami memberikan balasan
kepada orang-orang yang zhalim).
Qur’an surat An-Naazi’aat ayat
26:
26. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) kisah Fir’aun Merneptah (terdapat pelajaran bagi orang yang takut) kepada Allah.
Ketika mereka
ditimpa 10 macam azab dari Allah yang datang silih berganti dan azab Allah yang
datang kemudian lebih besar dari sebelumnya, Az-Zukhruf 48. Lalu Merneptah dan kaumnya meminta tolong kepada
Nabi Musa as untuk memohon kepada Allah bagi mereka supaya menghilangkan azab
tersebut, Al-A’raaf 134 dan Az-Zukhruf 49. Setelah Allah menghilangkan
azab itu dari mereka sampai batas waktunya, Merneptah dan kaumnya ingkar dan
tetap menindas Bani Israil dan juga tidak mau membiarkan Bani Israil keluar
dari Negeri Mesir bersama Nabi Musa as kembali ke Tanah Palestina, Al-A’raaf 135 dan Az-Zukhruf 50. Dan Fir’aun Merneptah telah
menyesatkan kaumnya dengan mengaku sebagai ‘tuhan’ yang paling tinggi dan tidak
memberi petunjuk. Fir’aun Merneptah menyesatkan kaumnya dari jalan lurus dan
menghalangi mereka dari jalan Allah serta menyombongkan diri dan kaumnya
mengikuti perintahnya, padahal perintah Fir’aun Merneptah bukanlah perintah
yang benar. Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang,
salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas, Yunus 74, 83, Huud 97, Thaahaa 79, Al-Mu’min 35, Ad-Dukhaan 31 dan
An-Naazi’aat 23-24. Fir'aun
Merneptah dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah, Al-Qashash 8. Mereka adalah kaum penentang Allah dan rasul-rasul-Nya,
Al-Buruuj 17-18. Maka Allah
membinasakan mereka sehancur-hancurnya, Al-Furqaan
36. Neraka ditampakkan kepada mereka pada pagi dan petang di alam Barzah
dan pada hari terjadinya Kiamat. Diperintahkan kepada fir'aun dan kaumnya supaya
masuk ke dalam azab yang sangat keras, Al-Mu’min
46.
Qur’an surat Az-Zukhruf ayat 51-54:
51. (Dan Fir’aun) Merneptah
(berseru kepada kaumnya seraya berkata: “Hai kaumku, bukankah Kerajaan Mesir
ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah) kekuasaan (ku,
maka apakah kalian tidak melihat) keagungan dan kebesaranku?
52. (Bukankah aku lebih baik dari
orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat berbicara dengan jelas) Thaahaa 27-28, Asy-Syu’araa’
13 dan
Al-Qashash 34 sewaktu kecil Nabi Musa as pernah memakan bara api, karena
jika beliau as tidak memakannya, maka akan dibunuh oleh Fir’aun Ramses II ayah Fir’aun
Merneptah, sehingga lidah beliau as cacat yang menyebabkan bicaranya menjadi
terdengar tidak jelas atau pelo (bhs. Jawa).
53.
(Mengapa
tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas) mengapa Tuhan tidak memakaikan gelang emas kepada Nabi
Musa as, sebab menurut kebiasaan Kerajaan Mesir Kuno apabila seseorang akan
diangkat menjadi pemimpin atau pejabat, mereka dikenakan gelang dan kalung emas
kepadanya sebagai tanda kebesaran (atau malaikat datang bersama-sama dia
untuk mengiringkannya?).
54.
(Maka)
Fir’aun Merneptah
berhasil (mempengaruhi kaumnya, lalu mereka patuh kepadanya) untuk
mendustakan Nabi Musa as dan Nabi Harun as (karena sesungguhnya mereka adalah kaum
yang fasik).
Bahkan Fir’aun Merneptah
menyuruh orang-orangnya berjaga-jaga untuk mengawasi Bani Israil, Asy-Syu’araa’ 56, supaya jika Bani
Israil melarikan diri, bisa segera diketahui. Setelah mukjizat-mukjizat dan
risalah disampaikan Nabi Musa as dan Nabi Harun as kepada Fir’aun Merneptah dan
pejabat-pejabat kaumnya, mulut mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan
kesombongan (gengsi), padahal hati mereka menyakini kebenaran dakwah kedua
utusan Allah tersebut, An-Naml 13-14 dan
Al-‘Ankabuut 39. Bani Israil sudah
tidak tahan lagi menghadapi kebrutalan dan kebengisan Fir’aun Merneptah, maka Allah
mewahyukan kepada Nabi Musa as untuk mengajak seluruh Bani Israil dan
segelintir orang Mesir yang beriman untuk melarikan diri dari Mesir menuju
Palestina, Thaahaa 77, Asy-Syu’araa’ 52 dan
Ad-Dukhaan 23. Bani Israil
meninggalkan Kota Fayoum yaitu daerah yang paling subur di Mesir dan bekas
pemukiman Bani Israil zaman dahulu yang telah mereka tinggali sejak generasi
pertama yaitu pada zaman Nabi Ya’qub as dan istrinya Liya beserta anak-anak
keturunan mereka sampai sekitar 8 generasi dan selama sekitar 500 tahun sejak zaman
Nabi Yusuf as pada abad ke-17 SM, setelah berlalu 2 tahun masa musim paceklik
panjang di Mesir dan di negara-negara sekitarnya termasuk Hebron (Kana’an) –
Palestina. Yaitu daerah pemukiman Bani Israil sebelum pindah ke Mesir pada waktu
dibawah kekuasaan Raja Apophis orang Hyksos sampai pada zaman Nabi Musa as dan
Nabi Harun as dibawah kekuasaan Fir’aun Merneptah pada tanggal 10 Muharam (2 Mei
1203 SM) menuju ke tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka, yaitu Kana’an - Palestina.
Kemudian Nabi Musa as dan rombongannya berangkat dari rumah mereka dengan
berjalan kaki pada waktu malam hari menuju pantai Mesir sekitar 6-7 jam perjalanan
dari Kota Fayoum. Setelah menerima berita bahwa Bani Israil melarikan diri dari
Mesir, Fir’aun Merneptah marah, Asy-Syu’araa’
55 dan segera mengirimkan orang-orangnya ke kota-kota untuk mengumpulkan tentara-tentaranya,
Asy-Syu’araa’ 53, 56. Dan mereka meninggalkan semua keluarga, harta
benda dan kedudukan mulia yang mereka miliki di Mesir hanya demi mengejar Bani
Israil, Asy-Syu’araa’ 57-58 dan Ad-Dukhaan 23, 25-27, karena mereka hendak
menganiaya dan menindas Bani Israil, Yunus
90. Maka Fir’aun Merneptah dan bala tentaranya mengejar mereka, Thaahaa 78, Asy-Syu’araa’ 52 dan Ad-Dukhaan 23 dan hampir dapat
mengejar Bani Israil yang telah sampai di tepi laut pada waktu Matahari terbit, Asy-Syu’araa’
60. Jika Bani Israil
menyeberangi Teluk Aqabah (Letak geografisnya di sebelah timur terdapat
Semenanjung Sinai bagian barat dan sebelah barat terdapat Jazirah Arab, Negara
Arab Saudi, Israel dan Yordania memiliki pantai di Teluk Aqabah) yang jaraknya
masih sangat jauh sekitar 300 km dari Teluk Suez (ke-2 teluk itu adalah bagian
dari Laut Merah), pasti Bani Israil
sudah tertangkap, dianiaya, ditindas lalu dibantai secara masal sampai punah (Genosida) oleh Fir’aun Merneptah
dan pengikut-pengikutnya.
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 50:
50.
(Dan) ingatlah (ketika Kami pisahkan laut untukmu)
Allah mewahyukan kepada Nabi Musa as untuk memukul lautan yang ada di depannya
dengan tongkatnya, Asy-Syu’araa’ 63,
maka dalam sekejap lautan tersebut terpisah dan tiap-tiap belahan laut yang ada
di kiri dan kanan jalan tempat Bani Israil menyeberang adalah seperti gunung
yang besar bagaikan tembok, Asy-Syu’araa’
63, sehingga membentuk jalan yang
kering (Thaahaa 77) tidak
ada air sama sekali di jalan tempat penyeberangan tersebut karena mukjizat yang
Allah karuniakan kepada Nabi Musa as. Artinya, lautnya tidak sedang surut, karena jika laut baru saja surut, maka
masih ada air yang rata tingginya di dasar laut walau hanya sedikit dan jika
laut itu hanya surut, pasti tidak
membentuk gunung yang besar di sisi kiri dan kanan jalan di dasar Teluk
Suez yang telah dilalui Bani Israil pada
abad ke-12 SM dahulu (lalu Kami selamatkan kamu) Allah
seberangkan Bani Israil ke seberang lautan, Al-A’raaf 138 (dan Kami tenggelamkan) Fir’aun
Merneptah, Haman dan semua (pengikut-pengikutnya, sedang kamu sendiri
menyaksikan) laut yang sebelumnya dibelah Allah dan dibiarkan laut itu
tetap terbelah sampai tentaranya Fir’aun Merneptah masuk ke dasar laut semuanya
karena sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan, Ad-Dukhaan 24, lalu mereka ditutup oleh
laut yang menenggelamkan mereka, Thaahaa
78 karena lautnya menyatu kembali dalam waktu yang singkat tidak
perlahan-lahan seperti jika laut itu surut dan pasang, sehingga Fir’aun Merneptah
dan bala tentaranya tidak berhasil
mengejar Bani Israil karena Allah menenggelamkan mereka semuanya hingga tewas
di dasar Laut Merah bagian Teluk Suez disebabkan dosa-dosanya, dan mereka semua
adalah orang-orang yang zhalim, Al-Anfaal
54, Al-Israa’ 103, Asy-Syu’araa’ 66 dan Az-Zukhruf 55. Sesungguhnya Allah Maha
Kuat lagi amat keras siksaan-Nya, Al-Anfaal
52. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka
dan Kami tidak menjatuhkan azab yang demikian itu, melainkan hanya kepada
orang-orang yang sangat kafir, Sabaa’ 17.
Setelah
Allah selamatkan Nabi Musa as dan orang-orang yang besertanya semuanya dari
siksa yang menghinakan dari Fir’aun Merneptah dan bala tentaranya, Asy-Syu’araa’ 65 dan Ad-Dukhaan 30-31 dengan selamat menyeberangi
Teluk Suez yang kedalaman lautnya rata-rata 12 meter dan yang paling dalam 18 meter,
kemudian sampai di Semenanjung Sinai, Sinai - Mesir bagian Asia, karena Fir’aun Merneptah dan bala tentaranya dilemparkan
ke dalam laut dan tewas tenggelam semuanya, Al-Qashash 40 dan
Adz-Dzariyaat 40. Ketika Fir’aun Merneptah telah hampir tenggelam (nyawa
sudah di tenggorokan), ia baru beriman kepada Allah, Yunus 90 sehingga Allah tidak menerima imannya, Yunus 91. Maka Nabi Musa as menjadikan
tanggal 10 Muharam sebagai hari raya Passover yaitu hari kemerdekaannya Bani
Israil karena telah terbebas dari perbudakan dan kejahatan Fir’aun Merneptah
yang sangat melampaui batas, yang terbersit keinginannya untuk mengusir Bani
Israil dari Bumi (Mesir), yaitu dengan membantai mereka sampai punah seperti
yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya Ahmosis (Ahmses) pendiri Dinasti
ke-18 Kerajaan Mesir Baru yang telah mengusir bangsa Hyksos dari Mesir lalu membantai
mereka sampai punah pada abad ke-17 SM, maka Allah menenggelamkan Fir’aun
Merneptah dan orang-orang yang bersamanya seluruhnya, Al-Israa’ 103. Sehingga Bani Israil selamat dari rencana Fir’aun
Merneptah untuk membantai mereka secara masal sampai punah. Setelah mereka
selamat dari marabahaya, kemudian Nabi Musa as menganjurkan umatnya untuk puasa
sunat (sunnah) pada hari itu dan juga setiap tahunnya sebagai tanda syukur
kepada Allah atas karunia-Nya yang sangat luar biasa besar.
Lokasi
penyeberangan Bani Israil terletak di hampir ujung utara Teluk Suez dan masih menjadi
bagian dari Laut Merah karena terhubung langsung dengan laut tersebut, atau terletak
di sebelah utara Uyun Musa, jaraknya tidak sampai 100 km dari pemukiman Bani
Israil di Kota Fayoum, Mesir - Afrika.
Allah belah laut dan membentuk jalan yang kering selebar sekitar 1 km, panjang
jarak penyeberangannya sekitar 1.800 m (1,8 km) dan Bani Israil yang berlari
melintas di dasar laut itu sekitar 640 ribu orang, terdiri dari pria, wanita dewasa
dan orang tua, puluhan ribu anak-anak, membawa serta ternak sapi, domba,
kambing dan mereka tidak bersenjata, adalah golongan yang dianggap kecil oleh Fir’aun
Merneptah dalam hal kekuatan maupun jumlahnya, karena pasukan tentara yang
mengejar Bani Israil lebih dari 700 ribu orang, Asy-Syu’araa’ 54, Fir’aun Ramses II dan Fir’aun Merneptah mempunyai
tentara yang banyak, Shaad 12. Setelah
semalaman Bani Israil melarikan diri, pada waktu Matahari terbit Fir’aun Merneptah
dan bala tentaranya sudah terlihat sedang mengejar Bani Israil naik kuda dan
kereta kuda, karena berada di kawasan padang pasir, maka jarak 20 km tampak
seperti jarak 2 km sehingga ke-2 golongan itu bisa saling melihat yang membuat
Bani Israil takut terkejar mereka, Asy-Syu’araa’
61. Nabi Musa as menenangkan umatnya bahwa mereka tidak akan terkejar oleh
musuh karena Allah bersamanya dan pasti nanti akan memberi petunjuk kepadanya, Asy-Syu’araa’ 62. Artinya, jarak
golongan Bani Israil dengan Merneptah sudah dekat, kecepatan maksimal lari kuda
76 km/jam, membuat jaraknya cepat mendekat,
Asy-Syu’araa’ 64.
Tidak mungkin Bani Israil menyeberangi Teluk Aqabah
yang lautnya sangat dalam, yang kedalamannya rata-rata 1.500 meter (1,5 km),
dan di bagian tengah laut mencapai kedalaman 1.850 meter (1,85 km), hal ini
sama saja dengan naik turun gunung yang tinggi, pasti banyak yang tidak kuat, apalagi
semalaman mereka telah berjalan kaki sejauh puluhan kilometer dari Kota Fayoum
sampai ke tepi laut Teluk Suez, pasti tenaga mereka telah banyak terkuras. Sedangkan
Bani Israil yang menyeberang tidak hanya orang muda yang fisiknya kuat, tetapi
banyak orang tua, banyak orang tua yang sakit-sakitan, juga puluhan ribu
anak-anak. Dan sangat mungkin jasad Fir’aun
Merneptah tidak ditemukan, jika
terdampar di tepi laut Teluk Aqabah - Asia, seandainya kaumnya
menemukan jasadnya pun, pasti sudah rusak, karena sudah berhari-hari terdampar dan
tidak bisa diawetkan menjadi mumi. Dan juga tidak mungkin Bani Israil dari
Sinai – Mesir menyeberangi Teluk Aqabah (Eilat) sampai di Aqabah - Jazirah Arab
lalu kembali lagi ke Sinai, karena Bani Israil dihukum Allah harus tinggal di
Padang Tih – Semenanjung Sinai selama 40 tahun tidak bisa keluar dari sana, Al-Maaidah 26, sebab mereka tidak mau berjihad
karena takut melawan musuh, Al-Maaidah
22 dan 24. Sampai generasi tua
Bani Israil yang tidak mau jihad itu mati semua, baru generasi muda Bani Israil
bisa keluar dari Padang Tih. Kemudian Bani Israil dipimpin Nabi Yusya’ as pergi
berjihad untuk mendapatkan lagi hak
atas tanah yang dijanjikan Allah, yaitu Palestina (asalkan Bani Israil
tetap beriman dan bertakwa kepada Allah saja dan taat kepada nabi-nabi-Nya, PL.
Kitab Yeremia pasal 25 ayat 5, pasal 35
ayat 15, 2 Raja-raja pasal 21 ayat 8 dan Kitab 2 Tawarikh pasal 33 ayat 8. Yang pada abad ke-12 SM di wilayah
itu telah didiami oleh bangsa-bangsa kafir yaitu orang Amon, Filistin, Midian,
Amalek, Keni, Kenas, Kadmon dan Kanaan (Kana’an). Yang termasuk bangsa Kanaan :
orang Amori yang paling banyak jumlahnya, Yebus, Girgasyi, Het (Hittites), Feris
(Periz), Hewi/Hori/Huri, suku Anakim/Anak/Enak, Refaim, Sidon, Arwad, Hamat,
Arki, Sin dan Zemar. Mengapa Allah memerintahkan Bani Israil berjihad untuk
merebut tanah suci dari tangan orang-orang kafir yang mendiami Tanah Kanaan?
Karena bangsa-bangsa yang memdiami tanah suci itu adalah bangsa-bangsa
penyembah berhala yang sangat fasik dan sangat zhalim. Selama berabad-abad
bangsa-bangsa kafir penduduk Kanaan itu melakukan segala kekejian pada ritual agama
mereka (*Baalisme) yang sangat luar biasa melampaui batas dalam berbuat
dosa-dosa. Untuk menyembah para Baal dan para Asyera, para penyembah
berhala-berhala bangsa Kanaan itu datang ke kuil-kuil peribadatan agama Baal
yang di dalamnya dibangun petak-petak kamar. Yaitu
tempat di mana mereka kemudian melakukan ritual (upacara) ‘sakral’ free
sex atau berzina yaitu melakukan hubungan sex dengan orang lain tanpa
ikatan pernikahan dengan pelacur-pelacur kuil yang mereka sebut Pelacur Bakti/Pelacur
Suci/Qedeshah, Semburit Bakti (Qadesh), incest (inses = bersetubuh dengan mahram), bestialitas (persetubuhan
dengan binatang) dan sodomi sebagai cara ibadah para
penyembah berhala-berhala bangsa-bangsa yang mendiami tanah suci itu untuk
menyembah tuhan-tuhan mereka. Bangsa-bangsa kafir penduduk Kanaan itu juga membakar
hidup-hidup anak-anak sulung mereka sebagai korban persembahan untuk menyenangkan
tuhan-tuhan mereka, melakukan perbuatan sihir, jampi-jampi, *spiritisme,
pertumpahan darah dan sebagainya. Sehingga membuat seluruh tanah suci itu menjadi
najis dan akibatnya tanah suci tersebut memuntahkan penduduknya. Maka melalui Bani
Israil Allah menjadikan mereka sebagai eksekutor untuk mengazab penduduk Kanaan
yang kafir tersebut dengan menyerang, menaklukan, membunuh penduduknya dan
merebut tanah suci dari tangan bangsa-bangsa kafir itu. Kemudian bangsa Israel mengusir
sebagian besar bangsa-bangsa kafir penyembah berhala yang selamat dari
peperangan itu dari tanah suci karena mereka tidak layak bertempat tinggal di tanah
suci lagi, hal itu disebabkan mereka melakukan kerusakan di muka Bumi yang sangat
luar biasa melampaui batas selama berabad-abad.
*Baalisme adalah kepercayaan kepada Dewa Baal
sebagai dewa tertinggi yang disembah penduduk di Kanaan dan di Fenisia kuno, secara
umum, Baal dianggap dewa yang paling berkuasa dan terkuat di antara dewa-dewi
bangsa Kanaan dan dipercaya sebagai dewa kesuburan, digambarkan sedang memegang
petir mengalahkan musuh-musuhnya. Baal juga dipercaya pemilik Langit dan berkuasa
atas Bumi sehingga dapat menurunkan hujan, memberikan kesuburan dan
menghasilkan panen, dan dipercaya berkuasa atas manusia sehingga dapat
memberikan anak-anak kepada para penyembahnya. Tiap daerah menyembah Baal
dengan cara yang berbeda, Baal terbukti dijadikan dewa yang mudah beradaptasi
di setiap daerah selama ribuan tahun. Tiap daerah
menegaskan sifat dan lambangnya sendiri-sendiri dan membangun ‘denominasi’
khusus Baalisme, Baal-Rosh, Baal Zebub, Baal-Gad, Baal-Peor dan Baal-Berit
adalah contoh dewa-dewa setempat (local).
*Spiritisme adalah 1. Pemujaan kepada roh-roh
(animisme) 2. Kepercayaan bahwa roh (arwah) orang yang telah meninggal dapat
berhubungan (berkomunikasi) dengan manusia yang masih hidup kemudian mengadakan
pertemuan, dan 3. Ajaran dan cara-cara memanggil roh. Padahal itu semua hanya
tipu daya setan karena itu bukan arwah orang yang telah meninggal tetapi itu adalah
Jin-jin Qorin yang menyamar menjadi seseorang.
Di wilayah gurun atau padang pasir, angin darat
itu sangat kencang, sehingga mempengaruhi arus laut Teluk Suez menjadi sangat
kuat membawa apa saja yang ada di dalamnya terus mengalir ke Laut Merah karena
kedalaman lautnya hanya sekitar 12-18 meter. Kemudian sebagian dari bangkai-bangkai
mereka oleh Allah dihanyutkan ke Teluk Aqabah termasuk kereta perang Fir’aun
Merneptah sebagai bukti bahwa Allah Yang Maha Kuasa, Maha Perkasa dan Maha
Menang pernah membelah laut dan menenggelamkan musuh-musuh-Nya supaya menjadi
pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang datang kemudian, Az-Zukhruf ayat 56, tetapi kebanyakan
manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Maka di dasar Teluk Aqabah ditemukan
beberapa bangkai roda kereta tempur kuno, sebuah roda kereta tempur dari emas dengan
4 buah jeruji emas milik Fir’aun Merneptah, dan di lokasi yang tidak jauh
ditemukan juga sebuah poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini sudah
tertutup batu karang sehingga sangat sulit untuk dikenali bentuk aslinya secara
jelas. Ada juga beberapa tulang manusia dan tulang kuda yang zaman dahulu sebagian
mayat bala tentara Fir’aun Merneptah dan kereta perang dan bangkai kuda-kuda
mereka hanyut terbawa arus laut yang sangat kuat berbelok ke arah Teluk Aqabah
dengan kedalamannya rata-rata 1.500 meter (1,5 km) yang menyebabkan angin darat
tidak berpengaruh ke dasar lautnya (angin mempengaruhi arus laut sampai kedalaman
200 m saja), sehingga mayat mereka dan bangkai kuda-kudanya yang sudah menjadi
tulang belulang beserta kereta perangnya aman selama ribuan tahun tidak bisa
hanyut ke mana-mana lagi, kemudian ditemukan oleh Arkeolog Ron Wyatt tahun 1988
dan diuji di Stockhlom University Swedia, yang menunjukkan struktur dan
kandungan beberapa tulang yang telah berumur lebih dari 3200 tahun, seumur
dengan peristiwa penyeberangan Bani Israil zaman dahulu.
Allah
menghukum Fir’aun Merneptah dan bala tentaranya dengan ditenggelamkan mereka semuanya
di dasar laut, Az-Zukhruf ayat 55. Beberapa
waktu kemudian, Allah selamatkan
badannya Fir’aun Merneptah saja dari dalam laut sehingga terhindar dari kerusakan
total dan hilang. Sedangkan yang lain tenggelam semuanya di dasar Teluk Suez
yang arus lautnya sangat kuat kemudian hanyut semuanya. Allah mendamparkan
jasad Fir’aun Merneptah di tepi pantai Mesir – Afrika, supaya cepat ditemukan
oleh orang-orang Mesir yang menyusulnya sehingga kondisi jasadnya masih
terpelihara dengan sempurna dalam posisi sujud, walaupun badannya telah berubah
pucat keputih-putihan karena terendam air laut selama berjam-jam, selanjutnya
oleh orang-orang Mesir jasadnya diserahkan ke kerajaan untuk dibalsem. Pada
tahun 1975 pemerintah Mesir memberi kesempatan kepada dokter ahli bedah Prancis
*Prof. Dr. Maurice Bucaille untuk memimpin penelitian dan menganalisis secara
detail menggunakan mikroskop dengan mengambil sampel bagian organ tertentu dari
badan mumi Fir’aun Merneptah. Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian
tersebut sangat mengejutkan, ternyata kondisi badannya masih utuh terpelihara
dengan sempurna sampai bagian terkecil dari organ tubuhnya, sementara badan mumi-mumi
yang lain tidak sama keadaannya seperti badan mumi Fir’aun Merneptah yang masih
terpelihara sempurna itu. Sisa-sisa garam laut (NaCl) melekat pada badan mumi Fir’aun
Merneptah merupakan bukti terbesar bahwa ia mati tenggelam digulung gelombang
pada pagi hari ketika mengejar Bani Israil dan hanya mumi Fir’aun Merneptah saja yang badannya mengandung garam
laut dan berjumlah banyak. Jasadnya dikeluarkan dari dalam laut oleh Allah
untuk diselamatkan kemudian didamparkan di tepi pantai Mesir, sehingga cepat
bisa ditemukan jasadnya sebelum membusuk dan secepatnya dibalsem pada hari
kejadian untuk dijadikan mumi supaya awet utuh badannya. Setelah itu, mumi
Merneptah dimakamkan di sebuah kompleks makam keluarga KV-5 bercampur dengan
mumi-mumi yang lainnya karena ia tidak disangka mati secepat itu sehingga
pembalsemannya dilakukan dengan tergesa-gesa dikhawatirkan jenazahnya akan
segera membusuk. Penemuannya itu masih mengganjal dalam pikiran sang profesor.
Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain,
padahal ia dikeluarkan dari dalam laut? Kami sudah melakukan lebih dari itu dan
menitikkan perhatian pada pencarian kemungkinan penyebab kematian Fir’aun Merneptah,
dengan dilakukan penelitian medis legal terhadap mumi tersebut berkat bantuan
Ceccaldi, yaitu Direktur Laboratorium Satelit di Paris dan Profesor Michel Durigon.
*Profesor Maurice Bucaille menulis buku, yaitu :
1. The Bible, The Qur’an and Science
(Bibel, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern).
2. Les momies des Pharaons et la midecine (Mumi Fir’aun : Sebuah Penelitian Medis Modern).
Qur’an surat Yunus ayat 90-91:
90. (Dan Kami memungkinkan Bani Israil
melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun) Merneptah (dan bala tentaranya, karena hendak
menganiaya dan menindas) mereka (hingga bila fir’aun itu telah hampir
tenggelam berkatalah ia: ”Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan
yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah
diri”) kepada Allah, Fir’aun Merneptah sengaja mengulang-ulang
perkataannya itu supaya diterima oleh Allah, akan tetapi Allah tidak mau
menerima imannya lalu malaikat mencabut nyawanya dengan keras seraya memukul
muka dan punggungnya sebagai siksa di dunia yang mengakibatkan adanya memar di
bagian kepala tengkoraknya dan adanya sisa-sisa darah yang melekat pada tubuh
mumi Merneptah, Al-Anfaal ayat 50-52
dan Muhammad ayat 27. Allah tidak
menerima imannya Fir’aun Merneptah karena ia durhaka sejak dahulu kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya, banyak berbuat kerusakan di muka Bumi dengan melakukan
perbuatan dosa-dosa yang melampaui batas dan nyawanya telah berada atau sampai
di kerongkongan. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
Allah menerima tobat (atau iman) seseorang hamba, selama nyawanya belum
sampai di kerongkongan.” Hadits riwayat At-Tirmidzi.
91. (Apakah sekarang) baru kamu beriman
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya (padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan)
orang yang zhalim.
Qur’an surat An-Nisaa’ ayat 17-18:
17.
(Sesungguhnya
tobat di sisi Allah adalah) tobatnya (bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan disebabkan kejahilan) karena
ketidaktahuannya (kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang
diterima Allah tobatnya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana).
18.
(Dan
tidaklah tobat itu) diterima
Allah
(dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan sampai ketika datang ajal kepada
seseorang di antara mereka) dan nyawa telah sampai dikerongkongan, baru (ia
mengatakan: ”Aku benar-benar bertobat sekarang.” Dan tidak pula)
diterima tobat dari (orang-orang yang mati sedangkan mereka berada
dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami siapkan) sediakan (azab
yang pedih).
Qur’an surat Al-An’aam ayat 93:
93.
(Dan
siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang membuat kedustaan) mengada-adakan dusta (terhadap Allah) dan
berkata: ”Ini dari sisi Allah.” Padahal bukan dari sisi Allah (atau
yang berkata: ”Telah diwahyukan kepada saya.” Padahal tidak ada diwahyukan
sesuatu pun kepadanya dan) juga (orang yang berkata: ”Saya akan menurunkan
seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat
ketika orang-orang yang zhalim) kafir dan fasik (berada dalam tekanan sakratul
maut, sedangkan para malaikat) menyiksa mereka (memukul dengan tangannya) dan
berkata dengan kasar kepada mereka (: ”Keluarkanlah nyawamu, di hari ini kamu
dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan
terhadap Allah perkataan yang tidak benar dan karena kamu selalu menyombongkan
diri terhadap ayat-ayat-Nya”) tidak mau mengimaninya.
Qur’an surat Al-Anfaal ayat 50:
50.
(Jika
kamu melihat ketika dicabut jiwa orang-orang yang kafir oleh para malaikat
seraya memukul muka dan belakang) punggung (mereka. Dan) berkata dengan kasar
kepada mereka (: ”Rasakanlah oleh kalian siksa yang membakar ini”) niscaya kamu akan menyaksikan
peristiwa yang sangat mengerikan.
Qur’an surat Muhammad ayat 27:
27.
(Bagaimanakah)
keadaan orang-orang
kafir dan melampaui batas dalam berbuat dosa-dosa (apabila malaikat mencabut nyawa
mereka) dengan keras, An-Naazi’aat ayat 1 (seraya memukul muka dan punggung mereka).
Qur’an surat Al-Mu’min ayat 84-85:
85.
(Maka
tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: ”Kami beriman hanya kepada
Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami
persekutukannya dengan Allah”).
86.
(Maka
iman mereka tidak berguna) lagi (bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah
Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu merugilah
orang-orang kafir).
Dalam pengecekan
itu, tim medis berupaya mengetahui sebab dibalik kematian ‘ekspress’ akibat
adanya memar di bagian kepala tengkorak dan adanya sisa-sisa darah yang melekat
pada tubuh mumi Merneptah akibat dipukul muka dan punggungnya oleh malaikat
ketika mencabut nyawanya setelah hampir tenggelam seperti yang tertulis dalam
Qur’an surat Yunus ayat 90-91 dan Muhammad ayat 27 adalah bukti terbesar
mengakibatkan ia telah mati karena tenggelam. Jelas pada setiap penelitian ini
sangat sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang
menyiratkan bahwa Merneptah sudah mati saat ombak menelannya. Awalnya Bucaille
tidak menghiraukan kabar ini, sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya,
pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui, kecuali dengan
perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat. Hingga
laporan akhirnya ini diterbitkannya dengan judul “Les momies des Pharaons et la
midecine” (Mumi Fir’aun: Sebuah
Penelitian Medis Modern). Salah seorang di antara mereka berkata, bahwa Al-Qur’an
yang diyakini umat Islam, telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Fir’aun
Merneptah yang kemudian diselamatkan badannya, Yunus ayat 92. Ungkapan itu semakin membingungkan Profesor Bucaille,
lalu ia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa
terjadi? Bukankah mumi Fir’aun Merneptah baru
ditemukan oleh arkeolog Prancis Victor Loret pada tahun 1898 Masehi di Lembah
Raja-raja Thoba – Luxor Barat. Padahal Al-Qur’an telah ada hampir 1.300 tahun
sebelum penemuan muminya. Sementara di dalam Kitab Taurat Yahudi PL. Kitab Keluaran pasal 14 ayat 28
membicarakan tenggelamnya Fir’aun Merneptah dan bala tentaranya di tengah laut
saat mengejar Nabi Musa as dan kaumnya, tetapi tidak membicarakan tentang jasad
Fir’aun Merneptah yang diselamatkan oleh Allah. Sehingga jasadnya cepat dapat
ditemukan oleh orang-orangnya dalam keadaan masih utuh dan segar belum membusuk
yang segera dimumikan supaya awet, ketika pada tanggal 8 Juli 1907
pembalut-pembalut mumi itu dibuka oleh Elliot Smith, ternyata badan mumi
Fir’aun Merneptah tersebut masih dalam keadaan awet dan utuh. Penelitian medis
terhadap mumi Fir’aun Merneptah mengemukakan kepada kita, informasi penting
lainnya mengenai apa kemungkinan penyebab kematian fir’aun ini. Kemudian ia
membandingkan dengan Injil Yesus Kristus (tulisan Paulus dan
pengikut-pengikutnya) ternyata, Injil tersebut tidak membicarakan tentang
diselamatkannya jasad Fir’aun Merneptah yang masih tetap utuh. Oleh karenanya,
ia pun semakin bingung, setelah perbaikan terhadap jasad Fir’aun Merneptah dan
pemumiannya, lalu pemerintah Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir.
Profesor Maurice Bucaille memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari
kaum muslimin, dan ilmuan muslim itu membaca surat Yunus ayat 92.
Qur’an surat Yunus ayat 92:
92.
(“Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu) dengan dikeluarkan dari dalam laut dan didamparkan
ke tepi pantai Mesir yang menyebabkan segera dapat ditemukan jasad Fir’aun
Merneptah pada hari kejadian oleh orang-orang Mesir dalam kondisi badannya
masih segar dan utuh, kemudian jasadnya segera dibawa pulang dan dibalsem untuk
secepatnya badannya dijadikan mumi supaya awet utuhnya. Sehingga orang-orang
sampai saat ini masih bisa melihat badan mumi Fir’aun Merneptah yang disimpan
di Museum Tahrir, Kota Kairo - Mesir dalam kondisi yang terjaga secara sempurna
hingga bagian organ terkecil dari anggota badan muminya. Karena Allah
selamatkan badan Fir’aun Merneptah dari kerusakan sejak ribuan tahun yang lalu sehingga
kondisi badan muminya bisa terjaga lebih baik, sedangkan kondisi mumi-mumi yang
lain setelah diawetkan selama ribuan tahun, kondisi badan mumi mereka tidak bisa
terjaga dengan baik, Masya Allah...(supaya kamu) Merneptah (dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu) bahwa Allah
pasti menjatuhkan azab yang sangat keras kepada orang-orang yang sangat kafir, Sabaa’ ayat 17 (dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami”).
Keterangan:
Garam laut (NaCl) rasanya
asin berbeda dengan garam
Natron (Na2CO3) yang rasanya pahit,
garam Natron adalah kapur magmatik yang telah ditempa di dalam Bumi terus
keluar melalui aliran lava Gunung Ol Doinyo Lengai yang terletak di selatannya yang
disemburkan ke udara menjadi awan abu setinggi 15 km terus dikumpulkan oleh air
hujan lalu mengalir ke Danau Natron – Tanzania. Pada zaman Mesir kuno, bangsa
Mesir memanfaatkan garam Natron yang ditambang dari Danau Tanzania untuk proses
mumifikasi (pembuatan mumi), yaitu tubuh jenazah yang akan diawetkan, dilumuri
garam Natron (natrium karbonat dekahidrat/sodium carbonate decahydrate) yang berfungsi
sebagai desinfektan terhadap mikroba dan untuk mengeringkan jenazah dalam
proses mumifikasi yang waktu prosesnya selama 70 hari.
Sumber: Al-Qur’an,
Tafsir Jalalain, Injil Barnabas, Jelajah Sungai Nil oleh Agus Mustofa dan
berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar