”Rasulullah saw telah melarang
bernafas di dalam bejana (wadah) atau meniup air di dalamnya.” Hadits
riwayat At-Tirmidzi
“Rasulullah saw melarang minum
dari bagian cangkir yang pecah dan melarang untuk bernafas dalam air minum.”
Hadits riwayat Abu Dawud dan Ahmad.
Pernahkah kita
memikirkan mengapa Rasulullah saw melarang kita minum sambil bernafas (termasuk
meniup makanan, karena di dalam makanan juga mengandung air)? Ternyata larangan
beliau saw tersebut sangat masuk akal dan bisa dibuktikan secara ilmiah. Coba
kita bayangkan pada saat kita menarik nafas, kita menghirup Oksigen (O2) dan
pada saat kita mengeluarkan nafas, kita mengeluarkan gas Karbondioksida (CO2),
zat kapur yang merusak ginjal dan bakteri atau kuman penyakit. Jika kita meniup
makanan dan minuman yang masih panas, maka akan mengkontaminasinya, karena jika
kita meniupnya, kita mengeluarkan gas Karbondioksida dari dalam mulut. Menurut
reaksi kimia, jika air, terutama yang ada di dalam makanan dan minuman yang
kita tiup, akan bereaksi dengan gas Karbondioksida yang berasal dari nafas
kita, dan kemudian akan menghasilkan atau membentuk senyawa asam karbonat
(carbonat acid) yang bersifat asam, dengan rumus kimianya : air (H2O) + gas Karbondioksida
(CO2) = asam karbonat (H2CO3). Perlu kita tahu, bahwa di dalam darah, sudah
terdapat H2CO3 yang berguna untuk mengatur pH (tingkat keasaman) dalam darah.
Darah adalah Buffer (larutan
yang dapat mempertahankan pH), dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan dengan
basa konjugasinya berupa HCO3+, sehingga darah memiliki pH sebesar 7,35 – 7,45.
Tubuh menggunakan penyangga pH (Buffer) dalam darah yang berguna sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam darah, Adanya
kelainan pada mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu
dari kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis (suatu keadaan di mana darah terlalu asam dan terlalu
sedikit mengandung basa) dan hal ini sering menyebabkan menurunnya pH darah
atau menyebabkan kelainan alkalosis
(suatu keadaan di mana darah terlalu banyak mengandung basa atau terlalu
sedikit mengandung asam).
Kembali lagi ke
permasalahan awal, jika makanan dan minuman yang sebelum dikonsumsi telah
ditiup terlebih dahulu, maka akan menghasilkan asam karbonat (H2CO3) dari hasil
reaksi kimia CO2 + H2O. Hal ini menyebabkan tingkat keasaman dalam darah kita
meningkat, sehingga akan menghasilkan suatu keadaan di mana darah kita akan
menjadi lebih asam dari seharusnya, yang menyebabkan pH darah menurun, atau
disebut asidosis. Jika pH darah menurun, maka pernafasan kita menjadi lebih
dalam dan lebih cepat, sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah gas Karbondioksida dalam darah. Hal
ini akan menyebabkan ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut tidak akan berguna jika tubuh terus-menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat, karena selalu
mengkonsumsi makanan dan minuman yang ditiup dahulu sebelum masuk ke mulut.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang
luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Jika
asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun yang menyebabkan syok,
koma dan bahkan kematian.
Nah itulah
alasan mengapa kita tidak boleh meniup makanan dan minuman selagi panas atau
meniup plastik yang di dalamnya ada makanan dan minuman atau bahan-bahan
makanan dan minuman supaya plastiknya menggelembung. Karena ternyata, meniup
makanan dan minuman itu bisa membahayakan jiwa kita dan orang lain dan juga terlihat
tidak etis, karena menampakkan ketidaksabaran kita dan terlihat serakah dalam
menghadapi hidangan yang masih panas. Belum lagi bakteri di mulut, di
tenggorokan, di pernafasan akan ikut mengkontaminasi makanan dan minuman yang
kita tiup tersebut. Dari setiap makanan yang menempel di sela-sela gigi,
terutama makanan yang mengandung gula dan makanan sumber karbohidrat seperti
nasi, jagung, tepung dan sejenisnya, setiap 20 menit, akan difermentasi oleh
bakteri streptococcus mutans. Hasil fermentasi tersebut akan menghasilkan asam
yang dapat menimbulkan bau mulut yang tidak sedap dan menimbulkan karies (karang
gigi). Ambil contoh, jika kita hitung mulai shalat Shubuh, kita sikat gigi sampai
kita shalat Dhuhur, jarak waktunya 7,5 jam, lalu dibagi jarak waktu kuman (bakteri)
berkembang biak.
Yaitu setiap 20
menit, bakteri yang berkembang biak selama 7,5 jam adalah kurang lebih 22 x,
itu jika kita shalatnya tepat waktu. Coba kita bayangkan kalau kita tidak sikat
gigi sebelum shalat Dhuhur tetapi langsung makan siang atau minum dan sebelum
menyuap makanan atau minum ke dalam mulut, kita selalu meniupnya, maka berapa
banyak bakteri yang ada di paru-paru, di saluran pernafasan dan di mulut, yang mengkontaminasi
makanan dan minuman yang kita konsumsi tersebut. Maka benar kalau mulut kita
disebut sebagai sarang kuman. Belum lagi gas Karbondioksida dan zat kapur yang
merusak ginjal ikut masuk ke dalam makanan dan minuman yang sebelum kita
konsumsi, telah ditiup terlebih dahulu. Bukannya sehat yang kita dapatkan,
tetapi malah penyakit yang akan kita dapatkan. Begitu juga gelas tempat kita minum,
harus yang utuh (tidak retak atau pecah). Karena Rasulullah saw sendiri tidak
pernah minum dengan menggunakan gelas yang retak atau pecah. Akibat buruk
apabila kita minum dengan menggunakan gelas yang retak atau pecah dikhawatirkan
akan melukai bibir orang yang meminumnya. Pada gelas yang retak atau pecah akan
ada sedikit celah di mana kotoran yang melekat pada celah tersebut sulit untuk
dibersihkan, sehingga bibit penyakit akan berkumpul di dalamnya yang sewaktu-waktu
bisa meracuni orang yang menggunakan gelas tersebut.
Rasulullah saw bersabda :
”Janganlah kalian minum dengan
sekali teguk, seperti minumnya unta, tetapi minumlah 2 atau 3X teguk. Dan
bacalah Basmallah jika kamu minum (termasuk
makan) serta bacalah Hamdalah jika kamu
selesai minum (termasuk makan).”
Hadits riwayat Muttafaqun ‘Alaih.
Karena jika
minum langsung banyak, akan memberatkan kerja jantung dan pembuluh darah. Dan
jika kita sebelum makan dan minum tidak membaca Basmallaah, maka setan akan
memakan nutrisi atau sari-sari makanan dan minuman yang kita konsumsi, sehingga
kita hanya mengkonsumsi ampasnya saja. Jika makanan dan minuman sebelum
dikonsumsi dibacakan Basmallaah, maka molekul-molekul di dalamnya menjadi berbentuk
kristal yang sangat indah dan menjadi berkah karena berkhasiat. Tetapi jika
mendengar suara yang keras dan kasar atau umpatan atau makian, maka
molekul-molekul di dalamnya menjadi rusak atau hancur, makanan dan minuman tersebut
menjadi berwarna gelap atau hitam dan bau, menjadi tidak berkah, karena makanan
dan minuman tersebut tidak ada khasiatnya, bahkan bisa meracuni tubuh kita.
Dari Anas ra, bahwa : “Rasulullah
saw melarang seseorang minum sambil berdiri.”
Kemudian kami bertanya kepada
Anas ra : “Bagaimana kalau makan (sambil berdiri)?”
Ia (Anas) menjawab : ”Bahkan
itu lebih buruk lagi.” Hadits riwayat Muslim.
Dari segi
kesehatan, jika air yang masuk ke mulut kita lewat makan dan minum dengan cara
duduk, akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah suatu
struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa
lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’
penyaringan yang berada di ginjal. Jika kita minum sambil berdiri, maka air
yang kita minum otomatis masuk tanpa disaring lagi langsung menuju kandung
kemih. Ketika menuju kandung kemih itu, terjadi pengendapan di saluran sepanjang
perjalanan (ureter). Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter
inilah, maka awal mula munculnya bencana. Yaitu penyakit kristal ginjal, salah
satu penyakit ginjal yang sungguh berbahaya, diduga diakibatkan karena susah
kencing, jelas hal ini berhubungan dengan saluran yang sedikit demi sedikit
tersumbat tadi, karena ketika makan dan minum sering dilakukan sambil berdiri. Dan
jangan makan sambil berdiri, dr. Ana Budi Rahayu yaitu dokter spesialis saraf
menjelaskan, bila seseorang makan sambil berdiri, maka akan terjadi reflux asam
lambung, yaitu asam lambung akan naik ke esophagus (kerongkongan) dan membuat
sel-sel kerongkongan teriritasi. Hal ini karena pH asam lambung yang sangat asam
(pH 1-2,5) yang ditandai dengan kondisi heartburn, yaitu kondisi di mana
orang tersebut merasakan sensasi perih dan panas seperti terbakar yang
menyesakkan dada. Jika kita tetap membiasakan makan dan minum sambil berdiri
dalam jangka waktu yang panjang, maka iritasi sel-sel kerongkongan ini akan
berakumulasi yang menyebabkan kanker saluran esophagus. Jadi, kebiasaan makan
dan minum sambil berdiri itu sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh kita.
Sumber : The Mirecle oleh Herdiansyah
dan berbagai sumber
3 komentar:
wah, ternyata itu bahaya ya...
dokumenrifky.blogspot.com
Thanks for postingannya :)
izin share
Posting Komentar